Hal yang terkadang sering di perdebatkan di sebuah perusahaan manufacturing adalah masalah limbah, limbah selalu menjadi rebutan oleh pihak eksternal. Loh ko limbah sih yang diributkan?Â
Di sebuah perusahaan besar yang produksinya banyak menghasilkan limbah dalam proses pembuatan barangnya, baik yang B3 ataupun yang non B3, limbah ini akan dijual ke penampung limbah. Makin banyak limbah yang dijual maka semakin banyak juga keuntungan yang didapat.Â
Biasanya perusahaan tetap memasukkan hasil penjualan limbah ke dalam kas, tapi tidak mencampur dengan hasil penjualan barang yang di produksi. Hasil penjualan limbah ini biasanya digunakan untuk acara-acara yang diadakan oleh perusahaan. Contohnya acara ulang tahun perusahaan, atau biaya entertainment.
Nah hasil penjualan limbah inilah yang sering di tilep, dengan cara melakukan manipulasi jumlah besarnya penjualan limbah. Jadi dari situlah pendapatan seorang yang memangku jabatan penting didapat, selain gaji yang diterima setiap bulannya.Â
Itu hanya salah satu contoh bagaimana korupsi  bisa terjadi, bukan hanya terjadi di perusahaan BUMN, tetapi di swasta juga banyak terjadi. Walaupun nilainya tidak sampai milyaran (hanya ratusan juta) tetapi bibit-bibit korupsi kian subur terjadi di mana-mana. Korupsinya mungkin tidak merugikan negara, tetapi merugikan perusahaan tempat bekerja.
Bayangkan jika sebuah perusahaan menghasilkan limbah 1 ton perharinya, maka sudah bisa ditebak berapa uang yang masuk di kantong pribadi selain di kas perusahaan. Biasanya uang seperti itu juga akan dibagi-bagikan kepada bagian yang terkait dengan limbah.Â
Berhubung perusahaan tempat kami bekerja masih berstatus rental dan tergolong masih kecil, jadi segala peraturan di pegang oleh pemilik gedung. Sepertinya pembicaraan dan pendekatan sudah dilakukan oleh rekan kerja saya, akan tetapi kebijakan tiap perusahaan tentunya berbeda.Â
Dan akhirnya hanya bisa gigit jari, dan berakhir dengan penyesalan. Tentu ini menjadi pukulan berat, jika biasanya banyak lahan basah menanti, ini justru lahan kering yang didapat. Jadi tidak perlu menunggu waktu berlama-lama untuk bekerja di perusahaan yang tidak bisa menghasilkan income diluar dari gaji yang diterima.
Itulah salah satu alasan rekan kerja saya tsb memutuskan untuk resign. Harapan yang terlalu tinggi serta menyamakan semua perusahaan itu sama, jelas salah besar. Tidak semua yang kita impikan menjadi sebuah kenyataan, begitu juga dengan pekerjaan di sebuah perusahaan yang baru tumbuh.Â
Dan orang dengan tipe seperti rekan kerja saya tsb, pasti akan mencari terus perusahaan yang dapat memberikan income di luar gaji yang diterima setiap bulannya.Â
Dengan kejadian tsb saya jadi paham, mengapa ia hanya sanggup bertahan selama 2 tahun dari lebih 10 perusahaan yang ia pernah bekerja. Imbasnya ke perusahaan dari pengunduran diri rekan kerja saya tsb sama sekali tidak ada. Orang yang bekerja tapi mempunyai tujuan di luar dari tanggung jawab dipekerjaannya, bisa dipastikan performanya kurang baik karena tidak akan bisa fokus dalam melaksanakan pekerjaannya.