Berawal saat aku melakukan tugas peliputan, bersama Prajurit~prajurit TNI yang melaksanakan tugas di perbatasan, akupun akhirnya memastikan langkahku dan bergegas naik kedalam alat angkut udara milik TNI tersebut, bisa jadi alat angkut udara tersebut sekarang sudah luluh lantak, aku sedikit lupa mengingat jenis angkutan udara apa yang dinaiki ini apakah HELLY MI ~17 atau HELLY BELT, yang jelas dua alat angkut udara ini sudah luluh lantak mencium bumi.
Aku sudah di dalam pesawat ini, berangkat dari Tarakan menuju tempat yang namanya perairan dan  Kep Ambalat yang merupakan bagian terluar wilayah Indonesia, wilayah ini berpotensi menjadi konflik antara negara tetangga yang merasa memiliki wilayah tersebut, andai kata tidak ada prajurit TNI ini entah apa jadinya, pesawat terus mengarungi udara, sepanjang perjalananku hanya lautan luas terbentang, bertanya dalam hati mana ambalat, beberapa kali turbulensi udara membuatku takut dan mual, berapa lama lagi sampai, pikiranku sudah bergolak, karena tekanan turbulensi kurasakan semakin kuat, dan pesawat terkadang sering melakukan manuver manuver yang cukup ekstrem, aku takut pesawat ini jatuh.
Salah satu Bapak TNI Tau aku sedang panik dan ketakutan, dia mendekati saya, "tenang dek, berdoa saja, ini tidak apa apa kok. Akhirnya aku berdoa agar tugas ini lancar, selang waktu kemudian nampak lah perairan ambalat, aku tak sempat mengabadikan momen itu karena aku sudah pusing mual dan mabuk udara, dibenaku hanya terpikir kapan waktunya kembali, kepalaku semakin berat, pusing, Tak lama pandanganku gelap,,,,,,Â
Tercium bau balsem menyengat hidungku, pandanganku terbuka, aku sudah disebuah ruangan, dan selang beberapa menit aku mengenali tempat itu, ternyata ini tempat dimana aku menunggu sebelum berangkat tadi, YA Tuhan, ternyata aku pingsan, menyesal aku tak bisa mengabadikan ambalat, disitu kulihat bapak TNI tadi dan melihatku dia mendatangiku, "gimana dek udah baikan" tanyanya, lumayan pak. Oke kamu istirahat aja ya, tidak usah ikut lagi ke tempat berikutnya, atau kamu digantikan saja dengan rekanmu, namun siapa yang bisa menggantikan, hanya saya yang bertugas, kutanya lagi ini tugasnya sampai kapan pak, beliau mengatakan, tugas ini berlanjut terus, dan tak putus, walaupun sering berganti yang tugas namun menjaga tapal batas terus tak putus, pikiranku menerawang dan akhirnya kuputuskan mungkin saat ini sampai disini dululah, sampai nanti aku siap lagi aku berangkat lagi ikut liputan.
Aku kembali ketempatku dan masih menyisakan asaku disana, tunggulah aku di beranda tapal batas, tunggulah entah kapan, dan siap, karena saat ini aku terngiang peristiwa yang terjadi setelah ku kembali , yaitu jatuhnya dua pesawat helly TNI, kembali mengurungkan langkah ku, .....ASAKU TERTINGGAL DITAPAL BATAS....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H