Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

7 Kesalahan HR yang Berdampak Buruk pada Kantor

21 November 2024   11:11 Diperbarui: 22 November 2024   07:32 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar HR dalam dinamika dunia kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com

Human resource atau HR bukan sekadar berperan sebagai bagian administrasi belaka, tetapi perannya jauh lebih strategis yaitu untuk menjaga kantor tetap hidup dan sehat.

HR juga berperan sebagai jembatan antara karyawan dengan kantor. HR Sangat strategis dalam menjaga komunikasi dalam lingkungan kantor.

Oleh karenanya, mereka yang menempati posisi jabatan HR ini harus benar-benar orang pilihan dan paham betul bagaimana tugas dan tanggung jawab HR dalam dinamika kerja di kantor.

Kalau HR suatu kantor enggak kompeten, maka akan berdampak signifikan terhadap keberlangsungan hidup kantor dalam dinamika kerja.

Kalau HR salah dalam bertindak dan bersikap dalam mengemban amanahnya, maka akan berdampak buruk pada keberlangsungan hidup kantor.

Nah, melalui artikel ini, penulis ingin berbagi bagaimana tentang kesalahan HR yang dapat berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup kantor dalam dinamika kerja.

Lantas, apa saja hal kesalahan tersebut?

Ilustrasi gambar karyawan dalam dinamika dunia kerja | Dokumen foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar karyawan dalam dinamika dunia kerja | Dokumen foto Via Freepik.com

1. Salah dalam merekrut karyawan.

Ya, ini kerap terjadi ketika HR dalam merekrut karyawan kurang cermat dan teliti dalam background checking kandidat. Dalam hal ini HR hanya melihat latar belakang secara umum saja.

Seperti misal, hanya melihat latar belakang kandidat karyawan berdasar lulusan universitas ternama, atau eks pekerja dari kantor tenar.

Padahal, rekrutmen yang hanya melihat berdasar nama besar tanpa background checking yang mendetail dapat berisiko bagi ke depannya. Oleh karenanya HR harus betul-betul menerapkan background checking yang cermat dan teliti.

2. Favoritisme tingkat tinggi.

Favoritisme, ya inilah yang bikin suasana kantor kisruh. Ketika si A selalu dapat proyek bagus padahal kerjanya biasa saja. Ini tentunya menimbulkan suasana tidak nyaman dan ketidakadilan.

Semestinya HR harus subyektif dalam situasi ini. Harus berdasarkan kompetensi, mutu dan kualitas ketika mendelegasikan proyek, sehingga iklim kompetitif berlangsung sehat.

3. Mengabaikan peluang pengembangan kompetensi karyawan.

Pelatihan karyawan? Buat apa? Entar juga belajar sendiri di lapangan.

Ya, situasi di atas adalah pengabaian pengembangan karyawan.

Padahal, kurangnya investasi dalam pengembangan karyawan bikin mereka merasa mandek. Apalagi bila melihat teman kerja yang lain di luar sana berkembang lebih pesat karena kantornya bagus dalam pengembangan karyawan.

Oleh karenanya, mengembangkan kompetensi karyawan ini jangan diabaikan. HR harus cermat dalam hal pengembangan kompetensi ini, sehingga masa depan kantor secara umumnya dapat sehat.

4. Komunikasi publik yang buruk ketika terjadi rumor atau pemberitaan yang tidak jelas.

Ya, kesalahan HR dalam mengatasi rumor atau ketidakjelasan informasi yang terjadi di kantor maka inilah juga yang bisa disebut komunikasi yang buruk. Rumor dan ketidakjelasan informasi di biarkan beredar tanpa dikendalikan.

Semestinya, komunikasi publik HR di lingkungan kantor harus bermutu dan berkualitas. HR harus mampu mengendalikan situasi dan mengomunikasikan dengan baik ketika terjadi ketidakjelasan informasi. Sehingga iklim kantor selalu sehat.

5. Pembiaran konflik internal.

"Biarin aja itu konflik, palingan nanti mereka baikan dengan sendirinya, enggak usahlah ditindak lanjuti."

Ya, situasi di atas adalah pembiaran konflik. Kalau seperti itu yang diterapkan, maka konflik bukannya selesai tetapi malah semakin pelik dan meledak jadi perpecahan. Satu tim yang awalnya kompak berubah jadi kelompok-kelompok kecil yang saling menjatuhkan.

Jadi, kalau ada konflik dalam lingkungan kantor itu jangan dibiarkan. HR harus mengambil peran serta untuk menetralisir konflik, sehingga iklim kantor kembali sehat.

6. Fokus ke target pencapaian, lupa kesejahteraan kesehatan mental.

Terlalu fokus pada pencapaian tapi mengabaikan kesehatan mental karyawan. HR lupa kalau dibalik target pencapaian ada manusia. Ada karyawannya yang burn out dan demotivasi karena digeber dengan beban pencapaian target.

Oleh karenanya, HR juga harus empati terhadap kesehatan mental karyawan ini. Kesejahteraan mengenai kesehatan mental ini harus jadi pertimbangan dalam pencapaian target.

7. Gagal beradaptasi dengan dinamika zaman karena sikap anti perubahan.

Ya, kesalahan berikutnya adalah keegoisan HR karena sikap anti perubahan, sehingga kantor berjalan ditempat, padahal harusnya HR harus mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan zaman.

------

Nah, inilah kiranya yang bisa penulis bagikan melalui artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun