Pertama, berikan kepercayaan, apresiasi, dan jangan di micro managing.
Ya, gen z itu butuh kepercayaan, mereka butuh membuktikan kinerja mereka untuk kantor, jangan terlalu di micro managing. Karena ini akan menyebabkan rasa risih mereka karena kerja terlalu dicampuri terlalu detil.
Dimonitoring saja sampai sejauh mana kinerjanya, kalau mulai melenceng baru ditindak lanjuti, enggak usah di micro managing.Â
Sebaiknya berikan kepercayaan kita kepada gen Z untuk menunjukan bagaimana kinerja mereka sehingga mereka kerja secara lepas dan pada akhirnya jadi loyal dan berdedikasi.
Begitu juga apresiasi, jangan pelit memberikan apresiasi mana kala kinerja gen z memang bagus, berikan apresiasi kinerja mereka agar semakin semangat dalam bekerja.
Kedua, buka ruang diskusi yang membangun.
Untuk meruntuhkan gap, maka membuka ruang diskusi yang membangun bisa jadi solusi. Karena dalam forum diskusi inilah bagaimana ide dan gagasan bisa saling bersumbangsih.
Forum diskusi ini juga jadi sarana kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam lingkungan kerja, dari ruang diskusi ini lah siapa tahu kedepan bisa menghasilkan ide briliyan bagi kemajuan kantor.
Ketiga, feedback yang konstruktif bukan kritik yang destruktif.
Kesalahan mendasar yang terjadi di kantor adalah ketika feedback yang diberikan kepada gen z adalah kritik yang destruktif bahkan menjurus toxic.
Justru feedback yang begini inilah yang akan mendampaki etos kerja gen z, inilah yang akhirnya timbul rasa saling menyebalkan, gen z sebal sama kantor, dan kantor sebal dengan gen z.