Ya, berangkat dari kasus praktik dokter gadungan yang dilakukan Susanto bila dikaitkan dengan background check, maka di sinilah yang menjadi alasan kenapa background check itu penting. Dalam hal ini rekruter harus benar-benar detil memeriksa kebenaran informasi pelamar kerja.
Sebab, dalam kasus penipuan yang dilakukan oleh Susanto ini, jelas-jelas dia melakukan tipu-tipu berjenis bluffing dan sangat lihai memanipulasi data. Bahkan statusnya yang pernah punya catatan kriminal atau residivis bisa disembunyikan hingga lolos diterima kerja.
Lantas, berkaitan dengan itu juga mengenai apakah yang harus dilakukan oleh rekruter agar tidak kena aksi bluffing tersebut?
Rekruter wajib melakukan screening berkas job application atau mengecek detil kelengkapan berkas lamaran kerja.
1.
Ya, dalam hal ini, agar dapatnya rekruter mengecek kelengkapan empat dokumen utama yang wajib disertakan dalam berkas lamaran kerja yaitu, cover latter, curriculum vitae, resume, dan fotokopi ijazah terakhir.
Screening betul-betul terkait orisinalitasnya, kemudian kalau dari keempat dokumen utama tersebut salah satunya ada yang kurang seperti, tidak menyertakan resume misalnya, maka tidak perlu dilanjutkan ke proses berikutnya.
Demikian juga kalau keempat dokumen lengkap, maka rekruter harus mengecek berbagai sertifikat pendukung lainnya dikaitkan dengan relevansi berkas lamarannya berdasarkan posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan atau tidak.
Jika sekiranya berkas lamaran ternyata tidak relevan dengan posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka tidak perlu dilanjutkan.
2. Sebelum atau setelah proses interview, rekruter harus meneliti dahulu rekam jejak pelamar kerja atau proses background check.
Ya, sebelum atau sesudah pelaksanaan proses interview kepada kandidat dilakukan, maka dalam hal ini, rekruter wajib meng-crosscheck dahulu kebenarannya terkait berkas lamaran para kandidat.
Apakah benar kandidat memang pernah bekerja dan menjabat pada posisi jabatan tertentu di suatu kantor sebelumnya misalnya.Â