Tidak ada salahnya kalau kita ada rezeki berlebih, sesekali kita berbagi rezeki tersebut dengan mentraktir teman, rekan kerja di kantor, bawahan kantor, maupun sanak famili kita.
Selain berbagi rezeki, dengan mentraktir ini kita juga bisa semakin menguatkan jalinan silaturami maupun partner relationship kita yang tentunya akan juga membuat kokoh soliditas dan kebersamaan.
Dan yang pastinya secara berjangka kedepan akan ada manfaat lainnya yang akan dapat kita petik kemudian.
Nah, kalau sebelumnya saya pernah membuat artikel tentang saya yang ditraktir yang berjudul “Ditraktir, Kenapa Saya Tidak Memesan Makanan yang Paling Mahal”, maka kali ini sebaliknya ketika tiba giliran saya yang mentraktir, kenapa saya memilih lebih dahulu dan pesan yang mahal?
Oiya sebelum masuk ke pembahasan, izinkan saya sedikit memberi informasi kenapa penulisan katanya harus “mentraktir bukan menraktir”. Mana yang benar mentraktir atau menraktir.
Dari referensi yang saya baca, maka sesuai aturan morfologi dari referensi tersebut, ketika kata berawalan K, P, T, S bertemu awalan Men, Mem, Meng, Meny, harus luluh.
Contohnya seperti Men ketemu Toleransi jadi Menoleransi, nah lantas kenapa kok Men ketemu Traktir tidak ditulis menraktir tapi kok yang benar adalah Mentraktir. Ini karena kalau K, P, T, S huruf keduanya adalah konsonan maka tidak bisa luluh.
Begitulah kira-kira penjelasan singkat dan sederhana yang bisa saya sampaikan dari referensi yang saya dapat, jadi fix no debat ya kenapa saya pakainya kata Mentraktir bukan Menraktir.
Baik, kita kembali ke laptop, soal mentraktir, kenapa saya memilih lebih dahulu dan pesan yang mahal?