Bagaimana perasaan Anda kalau Anda sering diteror paksa melalui telepon termasuk perpesanan via WA oleh sales leasing untuk berhutang?
Padahal Anda sedang enggak niat nambah hutang atau murni enggak mau berhutang, tapi mereka seolah tak perduli, terus-terusan meneror Anda, pagi, siang, malam menelpon dan menelpon terus tiap hari.Â
Bahkan, mereka menelepon tidak hanya dengan satu nomor yang sama, tapi dengan puluhan bahkan bisa jadi malah ratusan nomor berbeda dan dengan sales yang berbeda pula. Apa enggak bikin judeg kalau begini caranya.
Gimana tuh? Apakah Anda pernah mengalaminya kah?
Kalau iya apa respon Anda?
Emosi, marah, judeg, dongkol, atau bagaimana?
Ya, jujurly, penulis mengalaminya, bahkan penulis sendiri sempat sih terbawa marah hingga judeg.Â
Bagaimana tidak, hampir tiap hari diganggu telpon oleh sales leasing, jelas saja ini mengganggu privasi kita, kan.
Padahal juga, sudah berulang kali penulis menolak. Mulai dari menolak secara halus hingga menolak dengan tegas tapi ya mereka enggak berhenti juga, apa enggak ngeselin kalau kayak gitu kan, nelpon dan nelpon terus.
Iya sih, sebenarnya sih kita bisa memaklumi, namanya juga sales, leasing pun perlu jualan dan memprospek customer, tapi mbok ya jangan seperti itu, lah.
Kalau customer sudah enggak berkenan ataupun enggak ingin hutang dulu ya jangan dipaksa dengan segala cara rayuan untuk hutang hingga diteror ditelpon tiap hari.
Patut dicamkan, customer itu punya batas kesabaran dan berhak punya privasi, jadi ya jangan juga lah berlaku seperti yang penulis uraikan di atas.
Inilah yang jadi saran termasuk sedikit kritik kepada pihak leasing, "jualan" boleh tapi yang santun dan beretika.
Kalau customer sudah enggak ingin hutang dulu bahkan sudah menolak mentah-mentah, ya jangan dipaksa, jangan ditelpon melulu untuk hutang dengan alasan prospek.
Tentu saja customer bisa marah, apalagi kalau sebelumnya sudah menyatakan tidak ingin berhutang tapi di prospek lagi dengan "rayuan" yang sama.
Sales ataupun memasarkan produk jenis apapaun itu tentu ada etikanya kan, tidak boleh memaksakan kehendak kalau customernya sudah enggak berkenan.
Sebab, kalau customer menolak diprospek untuk berhutang, itu pasti punya alasan dan pertimbangan yang sudah dipikirkan. Jadi ya jangan juga enggak etis, makas terus tanpa henti.
Kalau akhirnya customer komplain dan marah karena terus-terusan diteror untuk hutang begitu, ya jangan salahkan customer.
Kalau begini caranya customer bakal kabur apalagi kalau customer merupakan customer langganan atau pernah jadi nasabah, wah bisa-bisa customer bakal enggak mau lagi jadi nasabah.Â
Mereka akan berpindah ke lainnya, sebab mereka diperlakukan enggak wajar seperti yang penulis uraikan sebelumnya.
Oleh karenanya, ya yang wajar-wajar saja, jangan memprospek dengan meneror, memprospek customer apalagi customer yang sudah jadi langganan boleh-boleh saja, tapi harus mengutamakan etika ataupun tata krama. Tolonglah hargai privasi nasabah.
Masa sih ini nelponin hampir tiap hari, pagi, siang, malam pula, gimana customer enggak komplain kalau gini caranya. Iya kan.
Penulis sendiri pernah jadi sales, mulai sales mobil, sales asuransi, sales leasing, tapi ya penulis tahu diri, enggak juga tuh menteror dengan cara mengganggu privasi customer begitu.
Sebenarnya tanpa diteror paksa dengam cara enggak etis begitu kalau customer memang sedari awal memang niat, berminat, dan memang sedang butuh, maka customer itu tanpa "jemput bola" pun pasti akan datang dengan sendirinya.
Jemput bola pun boleh sih, tapi ya jangan sampai mengganggu privasi customer, tak tahu diri untuk tidak menghargai waktu customer dalam memprospek. Lebih bagus itu, rawatlah customer dengan bijak dan baik hati.
Nah, inilah sedikit saran dari penulis kepada pihak leasing, semoga bisa menjadi masukan yang bisa diterima dengan bijak oleh pihak leasing.
Demikian kiranya artikel singkat ini.
Artikel ke 11 tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H