Kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya tak akan lekang oleh waktu, kasih ibu itu sepanjang hayat, tapi sebaliknya, kasih sayang anak pada ibunya belum tentu sepadan.
Seorang ibu bisa merawat anak-anaknya, tapi sebaliknya belum tentu anak-anaknya bisa merawat ibunya. Apalagi ketika ibu kita beranjak senja.
Biasanya akan saling tunjuk-tunjukan dan saling lempar tanggung jawab di antara saudara kandung siapa yang harus merawat ibu.
Ya, kalau saya sih sudah saya antisipasi jauh hari, daripada nanti ribut saling konflik diantara saudara kandung sendiri saling tunjuk merawat orangtua kandung, ya sudah saya lah akhirnya yang memutuskan merawat ibu saya di rumah saya.
Karena juga saya anak pertama, saya merasa ada tanggung jawab moral merawat ibu saya, semestinya sih tanggung jawab bersama, tapi yaitu daripada nanti saling tunjuk-tunjukan lebih baik saya bijak dan dewasa saja, maka saya ambil tanggung jawab merawat ibu saya.
Apalagi semenjak ayah saya meninggal dunia, saya semakin bertanggung jawab merawat ibu saya, namun demikian ternyata adik-adik saya malah merasa enggak adil, "kok ibu jadi punya Mas Sigit sendiri sih, kan ibu juga ibu ku". Ya, begitulah ketika adik-adik saya protes soal merawat ibu.
Akhirnya kami pun berunding bersama-sama bagaimana baiknya, jadi mengenai ini kami serahkan ke ibu saya, dan ternyata ibu tetap memutuskan ikut saya. Ya sudah mau gimana lagi kan, akhirnya adik-adik saya legowo.
Meskipun akhirnya ibu memutuskan ikut saya, tapi adik-adik saya tetap rajin bertandang ke rumah saya, kadang mereka mengajak ibu jalan-jalan, liburan, dan sesekali tinggal dirumah adik-adik saya.
Kira-kira begitulah bagaimana saya dan adik-adik saya dalam rangka berkomitmen bersama dalam merawat ibu, kami malah berebut kepingin merawat ibu kami.
Nah, soal ibu ini saya jadi teringat ketika saya dan rombongan kantor bertandang ke panti jompo, saya trenyuh mendengar curhat salah satu nenek yang tinggal di panti jompo tersebut.