Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perisai Rapuh dan Senja Kala Sebuah Negeri

13 November 2022   16:13 Diperbarui: 13 November 2022   16:26 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar sebuah perisai mulai rapuh | Dokumen gambar via Diginomica.com

Perisai itu mulai rapuh.
Retakan mulai nampak di sana-sini.
Sedikit lagi guncangan keras menerpa.
Hancurlah perisai itu berantakan.

Perisai sejatinya menjadi tameng pelindung bagi pemiliknya.
Menangkal ancaman yang setiap saat bisa mengancam nyawa pemiliknya.

Tapi apa jadinya, ketika perisai yang sejatinya menjadi tameng itu akhirnya hancur berantakan karena kian rapuh termakan senja usia.

Ya. Begitulah ketika aku mulai mendapati tanda-tanda sandyakala sebuah negeri yang tak ubahnya seperti perisai rapuh itu.

Ya. Ternyata negeri itu sudah mulai rapuh dan terlihat renta.
Bagaimana tidak.
Aku melihat banyak para pemimpin negeri yang seharusnya menjadi perisai bagi rakyatnya malah berubah menjadi iblis pemangsa rakyatnya sendiri.

Para pemimpinnya banyak yang korupsi.
Para pemimipinnya banyak makan  keharaman.
Hukum dapat dibeli.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
Perut rakyat semakin tercekik kelaparan, tapi para pemimpinnya semakin tambun kekenyangan.

Duhai perisai rapuh.
Sejatinya akan kembali kuat bila retakan-retakan itu dijahit.
Duhai negeri yang sedang rapuh.
Sejatinya belum terlambat bila pemimpin negerinya kembali nurani menjadi perisai rakyatnya.

Balikpapan, 13 November 2022

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun