Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Secuil Kenangan Saat Parade Puisi Chairil Anwar dan Memaknai Dedikasinya

31 Juli 2022   09:12 Diperbarui: 31 Juli 2022   09:13 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Chairil Anwar | Dokumen Gambar Via Merah Putih.com

Saat Parade Hari Puisi Nasional tanggal 28 April, tahun 2010 silam, saat itu penulis membawakan Puisi Aku dan Puisi Doa karya Chairil Anwar | Dokpri
Saat Parade Hari Puisi Nasional tanggal 28 April, tahun 2010 silam, saat itu penulis membawakan Puisi Aku dan Puisi Doa karya Chairil Anwar | Dokpri

Ya. Karya sastra puisi Bung Chairil Anwar memang benar-benar bagus, pemilihan dan pemilikan katanya juga bagus, dan tidaklah sekedar berdampak biasa saja, ada kekhasan tersendiri yang sulit untuk dijelaskan, karakteristiknya khusus, berdampak pada jiwa, berdampak pada lingkungan, keadaan realita dan fakta, kejuangan dan perjuangan, ada kritikan perlawanan yang logis dan wajar, ada kekritisan, nasionalisme, patriotisme, hingga humanisme.

Namun satu yang paling hakiki menurut penulis pribadi itu adalah, ada ruang keabadian dari hasil karya sastra Bung Chairil Anwar, atau dengan kata lain karya sastranya tak lekang oleh waktu dan abadi sepanjang masa.

Sehingga, ketika dibaca 100 tahun sebelumnya, dibaca untuk 100 tahun kekinian, 100 tahun kedepan atau mungkin 100 tahun lagi ke depan, atau bahkan ribuan tahun ke depan, maka tetap saja karya sastranya dari generasi ke generasi akan hidup sesuai dengan masanya saat itu.

Artinya juga, meskipun Bung Chairil Anwar telah tiada, maka beliau tetaplah akan hidup sepanjang masa melalui tinta emas sejarah yang ditorehkan melalui karya sastra sejatinya yang abadi.

Begitulah kiranya penulis memaknai Bung Chairil Anwar ini yang tentunya juga dengan karya-karya sastranya yang kalau boleh penulis nobatkan karyanya akanlah abadi sepanjang masa.

Demikianlah kiranya yang bisa penulis persembahkan dalam rangka mengenang 100 tahun Chairil Anwar ini, semoga apa yang sudah penulis tuliskan ini juga menjadi bagian dari keabadian yang mengiringi sejarah karya-karya sastra Bung Chairil Anwar.

SIGIT EKA PRIBADI.

Oiya, Izinkan juga penulis menurut sertakan dua karya puisi Chairil Anwar yang menjadi puisi terfavorit penulis yang juga menjadi sejarah perdana penulis ketika membawakannya pada parade puisi hari nasional beberapa puluh tahun silam.

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun