Pernahkah Anda membaca sebuah ataupun beberapa artikel, tapi ternyata setelah selesai membacanya artikel tersebut terasa kering kerontang?
Anda ternyata tidak mendapatkan, pesan, makna, maksud, dan manfaat berarti dan berdampak dari apa yang Anda baca dari artikel tersebut?
Bahkan belum sampai usai membaca atau malah baru dapet satu paragraf hingga dua paragraf Anda sudah meninggalkan artikel tersebut karena enggak menarik dan enggak enak dan enggak nyaman dibaca?
Ya, itulah artikel yang dibuat tanpa penjiwaan atau tanpa ada jiwa dari penulisnya sendiri. Artikel yang tidak ada kekhasannya dari pengejawantahan diri dari sang penulisnya.
Di sini, bukan berarti penulis menahbiskan diri bahwa apa yang sudah penulis hasilkan dari artikel yang sudah penulis buat sudah merupakan karya yang sudah baik dan sempurna, bukan pokoknya bukan lah.
Akan tetapi di sini penulis berniat tulus ingin mengajak bersama-sama untuk saling belajar dan instrospeksi terkait bagaimana sih agar artikel yang kita bikin itu ada jiwanya, dan seperti apa sih penjiwaan itu agar artikel itu bisa hidup dan enak serta nyaman dibaca oleh orang lain.
Setuju bukan dengan ajakan dan imbauan baik dan tulus dari penulis ini. Ya kalau setuju mari kita lanjutkan, kalau enggak setuju silakan tinggalkan artikel yang penulis bikin ini dari sekarang. Yang mau lanjut yuk terus ikuti ya.
Masukkan lah jiwamu dalam artikelmu ataupun tulisanmu! niscaya akan hiduplah artikelmu ataupun tulisanmu itu bagi Orang Lain
Ya, begitulah kira-kiranya statemen penulis tentang penjiwaan dalam menulis artikel ini, karena artikel tulisan tanpa adanya karakter tersendiri dari penulisnya, tanpa ada tiupan ruh, dan masuknya jiwa pembawaan penulisnya, maka maaf-maaf saja, artikel yang dibuat hanya akan jadi artikel sampah tanpa makna berarti, jadi artikel kering kerontang tanpa manfaat.
Terus terang juga, tahapan atau fase soal di mana artikel yang dibuat jadi artikel sampah tanpa makna berarti dan jadi artikel kering kerontang tanpa manfaat ini pernah juga penulis lewati. Ya pernah, penulis enggak bohong, buktinya apa, ya boleh di kroscek artikel-artikel sampah tak bermakna milik penulis dibawah tahun 2020 pada akun Kompasiana ini. Dan setelahnya barulah perlahan penulis tahu diri dan sadar diri.Â