Negeri Ini kok lagi Enggak Waras sih.
Politisinya, kok banyak yang enggak waras.
Yang enggak gila cuma sedikit.
Mereka menjual nurani atas nama rakyat, padahal nuraninya sinting, dan lakunya bak iblis.
Ah, dasar orang-orang edan.
Negeri ini kok enggak waras sih.
Para pemimpinnya kok banyak yang gila kekuasaan, yang waras kok cuma sedikit.
Menjual nurani atas nama rakyat, padahal nuraninya sinting, lakunya bak setan setengah siluman.
Ah, dasar orang-orang edan.
Negeri ini kok lagi enggak waras sih.
Banyak mafia-mafia busuk. penghisap darah saudaranya sendiri.
Banyak orang pintar tapi membodohi.
Banyak orang tolol lagaknya pintar.
Ah, dasar orang-orang edan.
Kenapa banyak orang sinting dan edan negeri ini.
Lihat saja buktinya, rakyat kok jadi makin susah.
Apa-apa pada naik harga, semakin mencengkeram perut, membuat keram otak.
Yang gampang dibikin ribet.
Yang ribet dibikin tambah ribet.
Kapan negeri ini waras.
Negeri kok semakin edan begini.
Jangan umpat aku orang gila, wahai para orang edan.
Aku enggak sinting.
Aku enggak gila.
Kalianlah bajingan-bajingan edan, kalianlah para orang sinting yang enggak punya nurani, bikin negeri ini enggak waras.
Ah, kalian memang edan.
-----
Ya, begitulah omelan seorang gila di sebuah rumah sakit jiwa.
Setiap harinya sering mengomel tidak jelas.
Bahkan kalau semakin parah, sampai-sampai perawat rumah sakit mencekokinya dengan obat penenang.
Entahlah, benar tidaknya omelan orang gila itu, apakah negeri ini sedang tidak waras.
Apakah negeri ini sedang tidak baik-baik saja.
Entahlah, semoga saja yang gila dan sinting di negeri ini bukan seperti yang diomelkan si gila.
Semoga saja negeri ini bukan negeri yang sedang enggak waras.
Semoga saja negeri ini damai sentausa dan rakyatnya sejahtera.
Tapi, entahlah, kenapa omelan si gila itu, kok ada benarnya.
Tapi, entahlah, entah, entah dan entahlah.
Ah, omelan orang gila kok di dengarkan.