Punya tujuan dalam rangka mencapai target diri, baik itu soal pekerjaan, perkembangan karir, dan dalam berbagai hal lainnya memanglah harus di canangkan dan harus menjadi visi misi kita dalam melakoni kehidupan ini.
Oleh karenanya juga, soal target diri ini haruslah selaras juga dengan apa yang menjadi visi misi kita, dan haruslah realistis terkait relevansinya dengan kemampuan diri.
Terkadang yang sering sekali jadi persoalan itu adalah, orang punya target tapi enggak jelas dalam hal visi dan misinya sendiri, sehingga antara target dan visi misi yang dicanangkan sering enggak selaras dan sejalan.
Bahkan ada pula yang terkadang harus terjebak dengan hal yang muluk-muluk soal targetnya dan suatu keharusan diri untuk dapat mencapainya.
Sehingga yang sering terjadi adalah, ketika segala target kehidupan tersebut tidak tercapai dan apa yang menjadi visi misi kita gagal diraih, justru kita malahnya menghakimi diri sendiri, menyalahkan orang lain, hingga berperilaku iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain.
Dan jujur saja, kalau bicara soal visi, misi, dan target masa depan ini, tidak dimungkiri, penulis pun pernah terjebak dalam lingkaran kemulukkan target diri yang ingin dicapai.
Ya, dulu penulis punya visi dan misi untuk jadi artis atau selebritas terkenal, dan punya target sebelum lulus kuliah semuanya harus bisa tercapai, pokoknya harus sudah jadi artis.
Sehingga karenanya, penulis membentuk band, mengorbankan apa saja untuk bisa menembus major label di Jakarta, dan hal lainnya yang sekiranya bisa membawa penulis dan kawan-kawan mencapai target jadi artis tersebut.
Namun apa lacur, setelah korban waktu hingga akhirnya kuliah pun jadi berantakan, sudah korban materi, ternyata band penulis gagal mencapai target yang diinginkan.
Yang ada adalah, kami gigit jari karena tertipu oleh mafia major label, uang habis, hidup terlunta-lunta di jakarta, dan harus terpaksa pulang kampung dengan menjual alat musik, padahal itulah sisa harta benda yang kami punya.