Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Secuil Kenangan Tradisi Sahur Masa Kecil dan Relevansinya Masa Kini

1 Mei 2021   19:14 Diperbarui: 1 Mei 2021   19:21 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Sahur di Indonesia | Dokumen Go Travelly.com

Membangunkan orang untuk sahur dengan membunyikan beduk, dan alat-alat seadanya seperti galon dan kentongan sudah jadi tradisi di negeri ini di setiap Ramadan.

Bahkan tradisi ini berlaku bagi segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, semuanya punya kreatifitasnya masing-masing.

Meski memiliki nama yang berbeda-beda, namun tradisi itu memiliki kesamaan, yaitu bertujuan untuk membangunkan masyarakat agar tidak melewatkan sahur. Caranya juga sama yaitu dengan membunyikan berbagai bunyi-bunyian.

Kalau bicara soal tradisi sahur ini, saya pun jadi teringat kenangan masa kecil saya. Beberapanya yang bisa paling saya ingat diantaranya adalah;

1. Lagi garebek sahur keliling kampung, jadi bubar mencicing karena ketemu hantu

Ya, waktu itu kita lagi garebek sahur keliling kampung, segala alat yang bikin bunyi-bunyian kita bawa, "sahur sahur, ayo bapak-bapak, ibu-ibu, teman-teman, sahur sahur", ya begitulah sorak sorai gembira kami serentak.

Nggak kerasa kita jalan keliling kampung, eh kita sudah mau melintas di kompleks kuburan kampung, tanpa di komando, kita diam serentak, maunya sih cepet lewat, eh tetiba ada kelebat putih melesat di depan kita.

Sontak melihat kelebat putih itu, kita teriak Hantuuuu,,, lalu bubar dan kabur mencicing.

Ya, namanya juga kita masih kecil-kecil, lihat yang begituan apalagi pas lewat komplek kuburan ya pasti takut lah, padahal belum tentu juga yang dilihat itu hantu. Hohoho. Tapi entahlah, karena bisa jadi juga yang kita lihat hantu beneran. Hi serem.

2. Tradisi main kembang api ramai-ramai di lapangan kampung.

Saya juga ingat dulu sebelum sahur kita juga pada kumpul bermain kembang api di lapangan kampung, saling berlarian kesana kemari sambil bawa kembang api. 

Yah, namanya juga masih kecil, yang begitu itu rasanya sudah bikin seneng dan bahagia banget, pokoknya asyik gimana gitu. Hohoho.

3. Sahur Sambil Mendengarkan Sandiwara Radio.

Yang tak terlupa juga adalah, pas lagi sahur sambil dengerin sandiwara radio, waktu itu pas lagi tren sandiwara radio misteri gunung merapi.

Ya, radio pada zaman itu memang jadi teman setia juga bagi orang tua kami saat waktu sahur, sambil menyiapkan santap sahur radio AM sudah dibunyikan, "sahur-sahur" terdengar juga suara penyiar radio turut menyemangati para pendengarnya.

Ya, begitulah kiranya secuil kenangan tradisi sahur masa kecil saya yang bisa saya ingat, bahkan saya jadi merindukannya, karena sekarang ini sudah jarang saya lihat lagi.

Sebab, seiring waktu memanglah tidak dimungkiri, semakin kesini tradisi membangunkan orang untuk sahur semakin tergerus juga oleh zaman.

Tradisi Sahur di Indonesia | Dokumen Go Travelly.com
Tradisi Sahur di Indonesia | Dokumen Go Travelly.com

Bagi saya, kebiasaan seperti ini sudah mulai jarang ditemukan terlebih di lingkungan komplek di sekitaran rumah saya. Sudah tak ada lagi garebek sahur seperti yang dahulu pernah kami lakukan.

Dan rupanya ini tidak hanya berlaku di lingkungan kompleks rumah saya, karena secara umumnya tradisi membangunkan sahur ini juga sudah mulai jarang ditemukan, terlebih lagi di kota-kota besar.

Meski juga sebagian daerah masih ada yang menjaga kebiasaan ini namun tak jarang juga di antara mereka, secara perlahan mulai meninggalkan tradisi sahur tersebut.

Perkembangan dan kemajuan teknologi tidaklah dimungkiri adalah menjadi faktor penyebabnya, apalagi sekarang ini setiap orang sudah memiliki telepon genggam yang memiliki sejumlah fitur seperti alarm, sehingga orang tak khawatir lagi kebablasan untuk sekadar bangun makan sahur cukup pasang alarm urusan bangun sahur beres.

Yang jelas yang jadi harapannya adalah, mudahan saja tradisi membangunkan sahur ini tidaklah semakin hilang ditelan zaman, mudahan tradisi ini masih terus lestari dan tak lekang oleh zaman.

Sigit eka pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun