Pada Hari Ibu Tahun 2020 ini, memang benar adanya bahwa takhanya Ibu kita sendiri, yang menjadi sosok perempuan yang menjadi panutan, inspirasi, atau berjasa dalam kehidupan kita.
Tentunya kita juga perlu melihat, sisi kehidupan sosok perempuan lainnya yang perlu disorot dalam rangka mengambil hikmah, makna dan memberi pesan ke dalam ruang kehidupan kita.
Sambil memikirkan dan mencari ide dan gagasan, terkait artikel apa yang harus saya ulas yang berhubungan dengan Woman of The Years, ataupun pada kesempatan Hari Ibu Tahun 2020 ini, entah kenapa juga, hati dan pikiran saya tiba-tiba saja menemukan satu titik ide dan gagasan tapi berupa pertanyaan-pertanyaan.
Tetiba saja hati dan pikiran ini justru menerawang dan akhirnya jadi bertanya-tanya, seperti di bawah ini;
Apakah seorang pelacur yang mempunyai Anak itu, status keibuannya mau diakui oleh Anak kandungnya sendiri?
Apakah sang Anak mau mengakui Ibu kandungnya, ketika pada realitanya seiring perjalanan waktu dan kehidupan, ternyata sang Anak mengetahui kalau Ibu kandungnya tersebut ternyata adalah seorang pelacur?
Bagaimanakah perasaan sang Anak yang terlahir dari Ibu yang seorang pelacur tersebut?
Bagaimanakah perasaan seorang Ibu, ketika tidak diakui sebagai Ibu oleh Anak kandungnya karena berprofesi sebagai seorang pelacur?
Ya, begitulah kiranya, akhirnya saya malah jadi bertanya pada diri sendiri terkait apa yang jadi pemikiran saya ini.
Jujur, saya tak akan sanggup memberi jawab, bila diumpamakan, kalau saya yang harus berada di posisi sang Anak yang memiliki Ibu kandung seorang pelacur tersebut.
Lalu, dalam mencari jawab atas apa yang dirasakan si Ibu dan sang Anak ini, kepekaan intuisi, hati dan perasaan saya kembali mengembara menyentuh ruang relung sanubari saya yang paling dalam.