"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".
(Presiden Soekarno).
Ya, begitulah kuote dari proklamator bangsa ini, yaitu Presiden Soekarno, yang bermakna mendalam berbicara tentang kekuatan anak muda.
Kaitannya dengan itu, maka bisa dilihat bagaimana pengaruh politisi manula dalam dinamika politik di Indonesia ternyata masihlah sangat terasa begitu dominan.
Bahkan, para partai politik di Indonesia terkesan terlalu mengkultuskan para dedengkot politisi manula untuk selalu dipuja-puji, tetap dipaksakan memegang kendali partai.
Beberapa politisi manula masih saja dipaksakan ataupun memaksakan diri untuk tetap memimpin partainya masing-masing.
Padahal kalau mau menyadari diri, para politisi manula ini sudahlah menua dan sudah waktunya pensiun atau mungkin bertransformasi menjadi negarawan.
Para politisi manula ini harusnya menyadari bahwa mau tidak mau dengan usia mereka yang semakin lanjut dan menua, maka mereka sudah seringkali kena penyakit yang namanya "PDIP".
Ya, yang dimaksudkan penyakit "PDIP" oleh penulis di sini adalah, mengalami penyakit "Penurunan Daya Ingat Parah" atau secara medisnya adalah penyakit demensia alzheimer (Pikun).
Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum ditemui pada kelompok manula ataupun lansia di masyarakat. Istilah yang paling dekat dengan demensia alzheimer ini adalah pikun, yang identik dengan gangguan daya ingat.
Bahkan, Penurunan fungsi kognitif/fungsi pikir yang terjadi ini pada akhirnya dapat pula menyebabkan gangguan membuat perencanaan dan keputusan, gangguan berbahasa, gangguan otak dalam memproses sinyal visual yang ditangkap oleh mata, hingga emosi yang naik-turun dan lain sebagainya.