Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kades Cantik Tewas dengan Kepala Meledak, Diduga Gara-gara Susuk Pesugihan (Bagian Kedua)

5 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 5 Oktober 2020   21:01 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya sebagai ilustrasi | Dokumen Foto Via Shutterstock.com

Jadi, disinilah kiranya agar jangan pernah melakukan hal-hal yang malah menyesatkan diri untuk jauh dari rasa bersyukur kepada Tuhan. Terlebih bersekutu dengan Jin dan setan. Naudzubillah min dzalik.

***

Tak terasa waktu sudah menjelang sore, saya melihat jam ditangan bahwa waktu sudah menunjukan hampir pukul 15, saya juga sudah selesai mendapat informasi yang ingin saya gali, dan tiba waktunya untuk pulang.

Saya akhirnya pamit kepada Mbah Renggo dan beberapa warga, tapi sejurus hendak pergi melangkah pulang, saya agak sedikit terhenti dan duduk lagi sejenak.

Jujur saya masih bergidik dengan detil cerita tentang Nyai Puri yang diceritakan Mbah Renggo dan warga, sehingga membuat pikiran saya jadi tersugesti rasa kengerian, karena saya pasti harus melintasi jembatan Puri.

Haduh, bagaimana ini, apa saya minta tolong ditemani dulu ya sampai seberang jembatan, baru saja saya akan beranjak ternyata dihadapan saya sudah ada Mbah Renggo, cukup terkejut saya dibuatnya karena muncul tiba-tiba.

"Kamu pasti memikirkan cerita tadi kan", tanya Mbah Renggo kepada saya.

"Iya, Mbah" jawab saya.

Ya sudah, kamu saya temani saja sampai daerah desa Pareng sana", tutur Mbah Renggo.

Nggak apa-apa kah ini Mbah, kan desa Pareng jauh dari sini Mbah, terus bagaimana nanti pulangnya Mbah", tanya saya lagi.

Saya nanti akan bermalam dulu di desa Pareng, kebetulan juga ada muridku di sana", jawab Mbah Renggo sekaligus melegakan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun