Pesta demokrasi dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada 2020) bakal di gelar secara serentak pada 9 Desember mendatang.
Namun seperti yang telah diberitakan, beberapa daerah yang menggelar pilkada tahun 2020 ini, berpotensi besar hanya diikuti satu pasangan calon, artinya banyak Paslon Pilkada yang bakal melawan kotak kosong.
Artinya disini, fenomena kotak kosong kemungkinan bakal kembali terulang kembali pada gelaran Pilkada 2020, dan entah apa juga yang melatar belakangi terjadinya fenomena ini.
Ironinya fenomena Kokos bikin Pilkada jadi terasa basi!
Ya, begitulah kira kiranya kalau boleh diistilahkan, sebenarnya fenomena Kokos ini cukup memprihatinkan, karena gambaran kemunduran demokrasi sudah mulai menggejala di berbagai daerah.
Demokrasi sudah mulai terkikis oleh politik pragmatis hanya demi kepentingan merengkuh kekuasaan semata, yang artinya semakin menegaskan juga politik pragmatis memang benar nyata adanya, dan membuat demokrasi menjelang basi!
Partai Politik disinyalir hanya mengedepankan kepentingan menggapai kekuasaan belaka, sehingga partai politik berbondong bondong mendukung satu calon pasangan yang diperkirakan pasti menang di satu Pilkada.
Padahal mungkin saja itu hanya sekedar ikut ikutan saja atau memang sengaja ikut karena ada saling imbal balik, turut dibawa dalam struktur di kekuasaan"
Dengan menggejalanya fenomena Kokos ini, peran Parpol sungguh sangatlah patut dipertanyakan, bagaimana terkait fungsi pengaderan yang berjalan?
Inilah yang bikin gaduh sebenarnya, dan yang menimbulkan potensi semakin suburnya fenomena Golput, padahal sibuk koar koar jangan golput, tapi bikin sebab sendiri!
Sehingga tidak bisa disalahkan apabila ada gerakan lain yang kian kuat, mengindikasikan aspirasi yang tidak tersalurkan, baik itu gerakan ajakan untuk Golput ataupun gerakan ajakan lainnya seperti Gerakan Coblos Kotak Kosong (Gercob Kokos) misalnya dan gerakan lainnya.