Resesi ekonomi memang sedang mengancam Indonesia, seperti yang sudah dirilis oleh BPS, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 5,32 persen pada kuartal II-Tahun 2020.
Sehingga dalam hal ini, Presiden RI, Jokowi mengungkapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata dan penerbangan untuk turis domestik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Ya, memang roda ekonomi harus terus berjalan, sebab kalau Indonesia sampai terjun kedalam jurang resesi, maka yang paling terdampak adalah rakyat, yang akan semakin menderita karena negara jatuh kedalam jurang kemiskinan.
Kalau boleh diistilahkan, berkaitan dengan dibukanya pintu pariwisata ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang mengalami minus ini adalah layaknya kondisi di mana ketika "pintu resesi diambang terbuka, pintu "teater" wisata mulai dibuka".
Ya, memang dari semua kondisi yang membuat semua jadi serba prihatin dan segala sesuatunya jadi tidak pasti ini adalah virus corona yang memandemi menjadi tersangka utamanya.
Sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka, agar roda ekonomi terus berjalan, maka pemerintah menyatakan diri untuk hidup berdampingan dengan virus corona, yang kalau boleh diistilahkan juga maka dalam hal ini pemerintah telah mengajak kita untuk "bersahabat dengan virus corona".
Namun apa yang terjadi, secara faktanya dilapangan "pada praktiknya hidup berdampingan dengan virus corona ini justru menyebabkan lonjakan konfirmasi positif corona", bahkan yang meninggal dunia terus bertambah.
Sebab apa, ini karena virus corona adalah sahabat yang toxic, berbahaya dan sangat mematikan, tak pilih-pilih terkait korbannya dan akan membantai siapapun yang akan menjadi korbannya.
Artinya disini, berdampingan hidup dengan virus corona merupakan risiko yang sangat riskan dan sangat berbahaya.
Dan yang menjadi "bom waktu" adalah, ketika pemerintah mulai ikut-ikutan menggaungkan diksi "era new normal", yang diiringkan dengan pemberlakuan PSBB Transisi.
Sehingga pada akhirnya PSBB Transisi ini yang diberlakukan dalam rangka menuju era new normal ini, dipahami secara salah oleh sebagian masyarakat, bahwa kondisi sudah menjadi normal kembali.