Berbagai keluh kesah dan curahan hati soal pembelajaran jarak jauh atau PJJ banyak diutarakan oleh para siswa, orang tua siswa, guru, bahkan hingga mahasiswa dan dosen.
Dan yang jelas, yang paling prihatin dan terdampak adalah orangtua siswa (peserta didik), hampir sebagian besar menyoal beban biaya yang mesti ditanggung, termasuk berbagai kendala lainnya yang dialami akibat pemberlakuan PJJ akibat dampak pandemi corona ini.
Ya, seperti yang diketahui berkaitan dengan masih belum diizinkannya sekolah dan lembaga pendidikan untuk beroperasi karena berisiko besar tertular corona dan rentan memunculkan cluster penularan baru, maka pemerintah melalui Kemendikbud RI meluncurkan alternatif pembelajaran di tengah pandemi.
Seperti yang diluncurkan oleh Mendikbud RI, Nadiem Makariem, bahwa selama pandemi masih berlangsung maka Nadiem meluncurkan program PJJ atau pembelajaran jarak jauh.
Tapi ternyata realitanya dilapangan PJJ tidaklah mulus, banyak menuai polemik dan kendala yang dihadapi para pendidik dan peserta didik apalagi yang paling terbebani amat berat adalah para orangtua peserta didik.
Secara umumnya yang menjadi berbagai persoalan tersebut diantaranya seperti, teknologi, ketersedian kuota, ketersedian sarana dan prasarana seperti laptop dan gawai, apalagi bagi daerah 3T yaitu daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia, akses teknologi hingga akses jaringan internet masih terbatas dan sulit terjangkau.
Bahkan kalau mau jujur, tahun ajaran 2020/2021 ini yang kalau boleh diistilahkan sebagai tahun ajaran "virtual" ini, menjadi tahun ajaran yang termahal dan teramburadul yang pernah ada dalam sejarah dunia pendidikan.
Apa buktinya tahun ajaran 2020/2021 ini jadi tahun ajaran termahal?
Ya, lihat saja faktanya bagaimana orangtua siswa (peserta didik) harus bersusah payah dan berjibaku menyisihkan anggaran belanja untuk membeli, paket internet ataupun kuota, belum lagi menyediakan gawai ataupun laptop.
Padahal kondisi pandemi ini sudah semakin menyulitkan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, tapi beban biaya mesti tambah berat lagi karena dampak pemberlakuan PJJ tersebut.
Faktanya bisa dilihat bagaimana terbebaninya orangtua peserta didik, ketika dalam sehari harus menyediakan paket internet atau kuota bagi anak-anaknya, sebelumnya juga bisa dilihat bagaimana repot dan terbebaninya orangtua peserta didik saat belajar dari rumah waktu pemberlakuan PSBB silam.