Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika "Over Pragmatis" Semakin Menggejala

10 Februari 2020   22:33 Diperbarui: 10 Februari 2020   22:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar TS di amankan aparat kepolisian akibat melawan petugas | Kompas.com

Apa yang sebenarnya yang melatar belakangi, kenapa fenomena ini sering marak terjadi?

Mungkin sedikit analisis ini bisa menjadi sedikit pengetahuan, dan pengingat serta saling menjadi pembelajaran bersama, meskipun analisis ini masih dari sisi sudut pandang pendapat subjektif penulis tapi tidaklah terlarang untuk di ungkapkan, siapa tau ada benarnya dan manfaatnya.

Nampaknya perlahan demi perlahan tren sifat pragmatis yang berlebihan atau (over pragmatis) sudah semakin menggejala di masyarakat.

Prinsip dasar kita pada umumnya adalah selalu menginginkan kepraktisan, tidak mau selalu repot dan diribetkan dengan segala urusan lain diluar urusan pribadi.

Nah, ketika kepraktisan itu lebih mengutamakan sisi ranah pribadi atau sisi ego, munculah juga sifat apatis, atau sifat masa bodoh, acuh tak acuh, hingga sama sekali tak perduli dengan sekitar.

Di sinilah over pragmatis itu akhirnya muncul akibat keinginan untuk selalu praktis itu terusik, sehingga urusan ranah pribadi jadi lebih diutamakan, tidak mau repot dengan ribetnya situasi, sehingga memantik sifat egois yang berlebihan, merasa paling hebat, apatis, dan ingin menang sendiri.

Alhasil bila kondisi ini harus berbenturan dengan situasi konflik, disangga, ataupun dikritik, maka sifat emosional dan temperamen jadi turut terpicu bahkan disertai juga dengan sifat arogansi sehingga jadi destruktif dan jadi lupa diri hanya untuk memenangkan atau meluluskan kepraktisan.

Semua itu dilakukan hanya demi mengutamakan kepentingan pribadi tanpa perduli sedikitpun dan tanpa rasa takut sedikitpun, dan tidak malu sedikitpun, sehingga mengabaikan resiko resiko yang diterima dibelakang waktu kemudian.

Jadi, dari sifat over pragmatis inilah nampaknya yang melatarbelakangi perilaku oknum masyarakat jadi selalu tidak mau disalahkan dan selalu merasa benar menggejala di lingkungan sosial masyarakat.

Sehingga, sifat yang tidak mau disalahkan atau selalu merasa benar sendiri, sudah tau salah tetap saja tidak mau mengaku salah kini jadi kian tren dan marak terjadi.

Hal ini bisa jadi pembelajaran bersama, sehingga kedepannya diharapkan sifat over pragmatis ini tidak terjadi pada kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun