Sehingga sungai sungai jadi penuh sampah, gorong gorong, selokan, got, atau saluran air lainnya tersumbat oleh sampah
Lalu diperparah pula dengan warga yang bermukim di bantaran bantaran sungai, sehingga bantaran sungai jadi padat pemukiman warga dan menghambat aliran sungai.
Belum lagi intesitas kiriman air yang datang dari kota lainnya seperti bogor, depok dan daerah lain sekitar Jakarta.
Inilah yang jadi persoalannya dan dilematisnya, Jakarta dengan karakter wilayah berdataran rendah, padat bangunan, padat penduduk, resapan air hampir tidak ada, minim kawasan pepohonan hijau dan hutan kota, bantaran sungai padat pemukiman, dan dipenuhi sampah. Inilah kiranya juga yang menegaskan kenapa banjir selalu saja klasik melanda Jakarta.
Lalu kalau sudah begini, apakah salah anies, apakah salah Ahok, apakah salah Jokowi, ataukah salahnya penulis?
Menyalahkan, menyinyir orang itu memang paling gampang, dan tidak akan ada habisnya kalau cuman hanya saling menyalahkan.
Yang jelas permasalahan Banjir Jakarta dan sekitarnya bukan saja hanya tanggung jawab pemerintah ataupun Pemprov DKI Jakarta saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama, maka diperlukan peran serta warganya sendiri.
Banjir memang akan selalu datang mengancam Jakarta, maka melakukan hal hal sederhana dan langkah keperdulian seperti tidak membuang sampah sembarangan, gotong royong membersihkan lingkungan atau kegiatan lain yang berbau lingkungan menjadi sangat berharga dan berguna sekali mencegah banjir, inilah seyogianya yang jadi pertimbangan bersama.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H