Sebagian wilayah PPU dan Kukar provinsi Kaltim telah resmi jadi Ibukota negara (IKN), dan kedua wilayah ini akan segera menjadi wilayah yang semakin  modern dengan berbagai teknologi dan kecanggihannya.
Berbagai infrastruktur seperti bangunan/gedung bertingkat, jalan, moda transportasi dan lain sebagainya akan segera dibangun di IKN yang baru.
Begitu juga eksodus masyarakat baik pegawai pemerintah maupun swasta ataupun masyarakat lainnya akan segera berduyun-duyun menuju IKN yang baru.
Namun bagaimanakah kiranya penerimaan masyarakat lokal yang akan segera melihat kenyataan bahwa kampung halaman mereka akan menjadi IKN yang baru.
Khususnya menerima eksodus masyarakat luar yang kedepan bakal akan turut mendiami kampung halaman masyarakat lokal. Apalagi bila berkaitan dengan tradisi, budaya dan kearifan lokal diwilayah IKN yang baru.
Dalam hal ini penulis yang lahir dan besar di sekitaran wilayah IKN ingin sedikit memberikan gambaran bagaimana karakter wilayah baik masyarakatnya maupun tradisi budaya dari kedua wilayah yang di jadikan IKN yang baru ini.
Meskipun secara garis keturunan penulis adalah berdarah campuran yaitu ibu bersuku dayak dan ayah bersuku jawa, namun akar tradisi budaya dari ibu tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam diri penulis.
Secara umumnya wilayah IKN didiami oleh masyarakat suku Dayak, suku Paser, suku Kutai, dan beberapa etnis suku pendatang lainnya.
Masyarakat lokal PPU dan Kukar memiliki akar tradisi dan kebudayaan yang sangat kuat yang diwariskan secara turun temurun dari para leluhur mereka.
Pada umumnya masyarakat lokal suku Dayak, Paser dan Kutai memiliki karakter yang ramah dan santun, mereka akan menyambut dengan senang hati bagi siapa saja pendatang yang merantau di bumi etam Kaltim. Disamping itu sangat menjunjung tinggi dan begitu menghargai toleransi beragama.
Namun juga masyarakat suku Dayak, Paser dan Kutai memiliki sikap tegas, keras dan prinsip yang mengakar kuat dalam kerukunan keluarga dan menjunjung tinggi tradisi budaya warisan leluhur.