Inilah yang sebenarnya patut menjadi perhatian, ketika hubungan diantara kedua pasangan yang sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga terkendala dengan restu dari salah satu pihak yang mempersyaratkan uang panai.
Sehingga kalau sudah begini hanyalah tersisa penyesalan dan kesedihan ketika harapan membina hubungan besan atau keluarga malah tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Oleh karena itu, bila mempertimbangkan jauh lebih bijaksana lagi, maka seyogianya tradisi budaya uang panai ini, sejatinya agar dapat dikebelakangkan dahulu dengan melihat tujuan utamanya yaitu menghalalkan hubungan antara pasangan yang sudah siap menikah dan membina serta mempersatukan keluarga diantara kedua belah pihak.
Tentunya setiap pasangan yang sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga sangat berharap kepada restu dari kedua pihak orang tua.
Jadi sebenarnya yang sangat diharapkan dari kedua belah pihak baik pihak orang tua dari calon mempelai pria maupun wanita, agar dapatnya dapat lebih toleran dan bijak menyikapinya demi tujuan utama pernikahan.
Keutamaan mempersatukan dua keluarga besar dari jalinan pernikahan adalah lebih mulia dan elegan, karena keluarga adalah permata yang paling berharga dalam kehidupan.
Jadi kesimpulannya adalah, tidak ada yang dipermasalahkan menyoal tradisi budaya uang panai, selama diantara kedua belah pihak yang ingin mempersatukan kedua keluarga tidak ada saling keberatan.
Namun diharapakan agar dapatnya bila ada salah satu pihak yang tidak mampu menyanggupi uang panai dan syarat lainnya tersebut bisa menjadi pertimbangan, untuk masa depan cerah yang lebih baik bagi kedua calon mempelai dan dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan demi keutamaan yang sejati kesakralan pernikahan.
Semoga artikel singkat yang masih butuh banyak masukan dan saran ini dapat bermanfaat.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H