Apakah yang murni dalam bentuk konstruktif ataukah saat ini nyinyir memang juga bagian dari kritik itu sendiri.
Sejatinya untuk mengembalikan makna yang mana kritik atau nyinyir dan nyindir adalah bagaimana seharusnya meluruskan kembali penafsiran kritik menurut sudut pandang yang luas dalam politik.
Karena bagaimana pun juga yang berlaku saat ini kritik dan nyinyir merupakan bagian yang tak terpisahkan dari strategi dan propaganda dalam mengusung kepentingan, baik itu kepentingan pribadi ataupun kepentingan politik praktis.
Fenomena dan paradigma atau bahkan stigma menyatunya kritik, nyinyir dan nyindir dalam dialektika politik saat ini sejatinya bukanlah sesuatu yang tabu dan wajar di ungkapkan sebagai propaganda.
Karena dalam dialektika perpolitikan, mengenai kritik, nyinyir dan nyindir bisa saja tepat dan bisa juga melenceng.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa sebenarnya nyinyir dapat dianggap masih merupakan bentuk ekspresi atau propaganda yang wajar saat ini berlaku.
Ini karena nyinyir kadang-kadang diperlukan sebagai pendobrak pintu pertahanan lawan politik dan diperlukan juga untuk melumpuhkan kritikan dari lawan politik.
Namun yang sangat perlu jadi catatan penting agar tidak menjadi polemik dan persoalan dibelakang hari adalah bagaimana bisa melihatnya dan membentuknya dengan cermat dan penuh kehati hatian.
Dengan cara mengutamakan tujuan dalam membentuk dan menciptakan penafsiran dan sudut pandangnya menjadi wajar dalam dialektika perpolitikan serta dapat membaca dengan seksama dan teliti bagaimana menempatkan bentuk nyinyiran dan sindiran tersebut pada situasi dan kondisi serta waktu yang tepat untuk menjadi propaganda politik yang wajat dan kritik yang benar.
Hanya berbagi.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H