Ini menjadi suatu yang ironi dihadapkan dengan pengeluaran biaya operasional bandara per bulan yang mencapai 6 M. Sedangkan pendapatan hanya 500-600 jutaan yang berarti tidak sampai 10 % nya saja, tentu saja ini merupakan suatu kerugian atau lebih parah lagi nombok.
Letak Bandara yang begitu jauh dari akses berbagai kota seperti misalnya dari Kota Bekasi atau Bandung jarak yang ditempuh masih sekira 100 km lebih, belum lagi kalau macet harus ditempuh dalam 3-4 jam perjalanan. Ini Berarti penumpang harus minimal berangkat 6-7 jam sebelum penerbangan pesawat.
Calon penumpang pasti bakalan berpikir dua kali menuju Bandara Kertajati, karena merupakan hal yang tidak efisien secara waktu maupun finansial, ditambah lagi kondisi lama dan lelah di jalan sebelum proses check in.
Sepinya dan Rendahnya intensitas penerbangan di Kertajati juga menjadi catatan penting terhadap Pemerintah tentang program infrastruktur yang terkesan konsepnya kurang termanajemen dengan baik, seolah-olah untuk Membangun itu begitu menggampangkan, namun perencanaan kurang matang, yang penting hajar dulu nanti baru di pikir belakangan.
Apalagi Dilihat dari segi kapasitasnya, Bandara Kertajati masih kalah jauh dibandingkan dengan sejumlah bandara lain di Indonesia. Parking stand Kertajati hanya bisa untuk 10 pesawat. Sangat jauh dari idealnya sebuah bandara besar, dibandingkan dengan bandara di Yogyakarta yang memiliki kapasitas parking stand 22, Surabaya 44, Balikpapan 18, Semarang 16, Makassar 37, dan Cengkareng 106.
Berbagai permasalahan bisa saja memicu opini-opini yang mengkritisi Bandara Kertajati dari berbagai kalangan bahkan yang lebih tajam lagi terbentuk opini bahwa pembangunan ini sarat dengan unsur politis.
Melihat kondisi nyata yang terjadi sampai dengan saat ini, sudah sangat perlu sekali pihak-pihak yang berwenang seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak berwenanng lainnya harus mencari formulasi jalan keluar yang tepat agar kondisi Bandara Kertajati yang memprihatinkan ini tidak berlarut-larut.
Ini tidak bisa dipandang sebelah mata, haruslah bijak dan serius pasalnya anggaran yang telah dikeluarkan tidaklah sedikit, bahkan ada uang rakyat disitu. Jangan sampai ini menjadi pemborosan anggaran dan buang-buang anggaran yang berujung sia-sia dan percuma.
Padahal disatu sisi masih banyak program lain yang berskala prioritas untuk kesejahteraam rakyat. Semoga saja ini dapat menjadi perhatian pemerintah Negara Indonesia ini agar segera menindak lanjuti permasalahan mengenai Bandara Kertajati ini. Sehingga apa yang menjadi tujuan awal dapat tercapai sesuai harapan.
Referensi artikel dari berbagai sumber.
Semoga bermanfaat.