Balikpapan ( 19/4 ), Demokrasi yang jujur dan adil dalam memilih Pemimpin, serta keorganisasian sebenarnya sudah tertuang semenjak kelas 1 Sekolah Dasar dan secara umum seluruhnya kita pernah mengalaminya, sayapun masih ingat saat itu setelah secara resmi hari pertama masuk SD, Wali Kelas kami menggagas pemilihan Ketua Kelas.
Saat itu setelah masing-masing diabsen dan memperkenalkan diri, tibalah Wali Kelas mengemukakan usulan agar Kelas dibentuk suatu Organisasi Kelas yang terdiri atas  Ketua Kelas, Wakil Ketua Kelas, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-seksi lainnya. Setelah didapatkan  4 orang yang mewakili maka dimulailah Voting untuk memilih Ketua Kelas.
Salah satu cara yang dilakukan dalam Voting itu adalah menuliskan nama yang kita tulis dalam secarik kertas kecil, yang kemudian digulung, dikumpulkan dan dibacakan satu persatu hingga akhirnya didapatkan siapa yang berhak jadi Ketua Kelas berdasarkan suara terbanyak.
Kemudian suara terbanyak kedua jadi Wakil, suara terbanyak ketiga dan keempat jadi Sekretaris dan Bendahara. Setelah itu keempat yang terpilih ini akan membentuk Seksi kelas.
Hal ini terus berlanjut secara bertingkat hingga ke jenjang pendidikan Perguruan Tinggi. Namun di kelas 1 SD inilah yang merupakan dasar utama dimulainya suatu Demokrasi (Melek Demokrasi)
Nah, saat di Perguruan Tinggi, Demokrasi tingkat Kesenatan utama adalah pondasi awal sejatinya Melek Demokrasi kita itu dimulai dan terbentuk, saya masih ingat bagaimana saat itu, untuk memperoleh Pemimpin Senat Universitas, masing masing Fakultas dalam suatu rapat Eksekutif Senat Fakultas menyorongkan calon masing-masing, untuk berkompetisi menjadi Ketua Senat Universitas.
Setelah didapatkan para calon, maka mereka berhak melakukan kampanye tentang program yang akan di laksanakan untuk kemajuan Universitas. Sampai tiba waktunya masa penentuan yaitu Pemilu dan terpilihnya Ketua Senat Universitas.
Itulah kira kira yang bisa saya bagikan sejak kapan sih sebenarnya Melek Demokrasi itu dimulai, begitu indahnya kedamaian Demokrasi itu sebenarnya, begitu murni, jujur dan adil Demokrasi yang saya rasakan saat sejak jenjang SD hingga Universitas kala itu.
Tidak ada kecurangan-kecurangan, manipulasi, atau pengelembungan suara, benar-benar Real sebuah kemurnian aspirasi yang tersalurkan secara jujur dan adil. Dan kemenangan sejati pemimpin yang terpilih karena suara hati dan Nurani yang sesungguhnya.
Just sharing.
Salam hangat.
Sigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H