Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Mental Tempe yang Sejati

4 April 2019   07:05 Diperbarui: 12 Juli 2019   20:29 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang memiliki prestis tinggi dan sangat di banggakan karena tempe juga diekspor ke berbagai penjuru dunia.
Tempe bisa diolah menjadi berbagai model makanan dan cita rasa lauk-pauk. Tempe bukan hanya sekedar pelengkap lauk-pauk namun sering menjadi menu utama dalam hidangan. 

Saat makan seperti ada yang kurang dan hilang tanpa adanya tempe. Tempe dengan segala bentuknya dalam hidangan dari disisi rasa sudah tidak diragukan lagi, bahkan duniapun mengakuinya. Itulah sejatinya tempe.

Apa hubungannya dengan Mental Tempe?

Kita ketahui sebelum menjadi tempe, ada beberapa proses yang harus dilalui hingga menjadi tempe, saat masih kedelai harus berbaur dengan kotoran, untuk menjadi tempe kedelai harus direndam sampai kering sampai mengembang, setelah mengembang direbus sampai mendidih, didinginkan, diremas-remas agar kulit arinya terkelupas direbus kembali dan ditambahkan cuka lalu di keringkan diwadah kemudian diragi dan dibungkus atau semacam disauna hingga semacam berkeringat dan akhirnya jadilah tempe, itulah sekilas gambaran singkat proses terbentuknya tempe.

Dari tempe kita bisa mengambil hikmah bahwa dalam hidup ada fase bermetamorfosa yang dilalui dengan segala ujian dan cobaan, harus siap dengan segala kemungkinan terburuk dan menyakitkan sekalipun dari fase-fase yang akan kita tempuh demi mencapai perubahan yang lebih baik, mental yang sudah ditempa sedemikian rupa menjadi sebuah kekuatan tersendiri.

Lalu bagaimana agar kita bisa melalui fase-fase tersebut dengan sukses dan mencapai hasil yang terbaik?

Kuncinya sebenarnya adalah, kita harus tahu dan paham tentang ilmunya yang benar, lalu kita harus belajar dan  berlatih dengan giat dan tekun serta tetap tabah maupun sabar dari berbagai pengalaman yang telah dilalui, serta banyak-banyak memohon dan berdoa kepada Tuhan.

Itulah sesungguhnya mental tempe yang sejati.

Sesuatu yang mulia tidak hanya emas, namun tempepun bisa menjadi lebih dari emas. yang di bagaimanapun akan tetap bersinar. Filosofi Mental Tempe. (Penulis)

Just sharing.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun