Seperti prediksi para pakar pendidikan dan berbagai sumber tentang pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sekolah, akhirnya menimbulkan polemik. Berbagai kendala yang terjadi antara lain karena masalah jaringan internet dan kekurangan sarana komputer, mewarnai pelaksanaan UNBK.
Selain itu  ada fakta yang didapatkan ketika para murid yang sekolah di wilayah pedalaman dan perbatasan serta pulau terluar, yang masih sulit untuk memperoleh akses jaringan internet, bahkan juga mereka harus bersusah payah berjalan puluhan kilometer menuju tempat pelaksanaan UNBK, dan mirisnya ada yang sampai menginap ditempat-tempat yang telah di tetapkan sebagai tempat pelaksanaan UNBK, ataupun juga harus menyebrangi sungai dan lautan untuk menuju tempat UNBK yang terakses internet.
"Miris, satu lagi masalah dihadapi warga di daeah perbatasan dan pedalaman Malinau.
Selain persoalan kondisi geografis yang sulit dan krisis sembako di beberapa desa di sana, para siswa SMA peserta UNBK yang jatuh pada awal bulan April mendatang harus berangkat ke sekolah-sekolah yang siap melaksanakan UNBK.
Hampir seluruh daerah di perbatasan dan pedalaman Malinau tidak siap melaksanakan UNBK.
Otomatis, seluruh siswa di sana harus berangkat ke sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Sebagian sekolah di sana, ada yang berangkat langsung ke ibu kota Provinsi Kaltara dan ada pula yang berangkat ke ibu kota Kab. Malinau
Untuk keberangkatan para siswa peserta UNBK, seluruhnya ditanggung oleh sekolah dan ada pula yang menggunakan dana pribadi.
Seperti disampaikan Ketua Anak Alam Ujung Negri, Roni Manan mengungkapkan, peserta UNBK asal Kecamatan Pujungan terpaksa mengeluarkan uang pribadi untuk mengikuti UNBK di SMAN 4 Desa Pulau Sapi, Kecamatan Mentarang." (Purnomo/Tribun Kaltim.co)