Kesaksian ini terpaksa saya buat guna meluruskan pandangan negatip terhadap pemerintahan kota Solo akhir-akhir ini. Saya lahir dan merasakan tumbuh berkembang sebagai remaja di kota Solo, setelah lulus SMP saya harus ke Yogya ikut kakek-nenek sekaligus melanjutkan sekolah. Karena kemiskinan serta hidup serba pas-pasan orang tua saya tidak mampu membiayai sekolah kami kakak-adik berlima. Terpaksa saya harus meninggalkan keluarga ikut dengan kakek-nenek di Yogya sampai akhirnya bisa menyelesaikan kuliah sarjana di PTN.
Bapak saya dari waktu saya kecil sampai sekarang ini saya berumur 40 tahun hanya bekerja sebagai tukang las dan ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, jadi bisa dibayangkan berapa penghasilan yang bisa dibawa pulang tiap harinya. Situasi perekonomian keluarga kami naik-turun mengikuti perkembangan ekonomi Negara, disaat ekonomi Negara baik penghasilan orangtuapun bisa baik tapi saat krisis terjadi jangan ditanya lagi bisa beberapa bulan tanpa duit. Kami patut bersyukur bahwa sekarang kami berlima sudah berkeluarga semua dan ekonomi ekonomi keluarga kami rata-rata mapan berkecukupan lebih baik dari orang tua kami.
Kami berlima karena dibesarkan dalam suasana kekurangan tidak membuat kami lupa kepada orang tua, maka kami berlima saat ini sudah mampu bergotong royong memperbaiki rumah orang tua sehingga layak disebut rumah sehat. Setelah permasalahan rumah orang tua teratasi kami juga mencoba rutin iuran tiap bulannya guna membantu ekonomi orang tua meskipun sampai saat ini bapak sudah berumur 65 tahun tapi setiap hari masih bekerja sebagai tukang las.
Satuhal yang masih kami diskusikan berlima adalah kesiapan biaya kesehatan orang tua yang semakin berumur meskipun sampai saat itu kedua orang tua kami belum pernah sakit parah sampai masuk rumah sakit. Dan ternyata sebulan yang lalu bapak divonis menderita penyumbatan pembuluh darah arteri puncaknya seminggu yang lalu karena jatuh lalu mengalami stroke ringan harus masuk rumah sakit. Oleh dokter di Rumah Sakit Dokter Muwardi Solo bapak diminta opname dan dibantu alat pernapasan oksigen.
Kami berlima panik karena tidak siap dengan pembiayaan tersebut, beruntung setelah bapak divonis ada permasalahan dijantung segera orang tua kami mengurus KMM (Kartu Keluarga Miskin). Hari Minggu kemarin setelah dirawat selama 7 (tujuh) hari, bapak boleh pulang dari RS Dokter Muwardi Solo dengan tanggungan penuh seluruh pembiayaan rumah sakit ditanggung oleh Pemerintah Kota Solo biaya yang dikeluarkan oleh ibu saya hanya Rp 13.000,- untuk biaya administrasi.
Selama ini saya selalu berpandangan negatip terhadap pelayanan-pelayanan keluarga miskin oleh pemerintah kota/kabupaten di Indonesia karena pekerjaan saya bersentuhan sebagai konsultan penyusunan tata ruang ditingkat provinsi dan kabupaten/kota sehingga tahu betul kondisi tata kelola pemerintahan ditingkatan tersebut. Tapi sekarang baru terbuka mata dan mengalami sendiri di kota Solo begitu cepat dan lancar pengurusan pembiayaan biaya rumah sakit untuk bapak saya. Dan perlu diingat bahwa kami sekeluarga adalah dari agama minoritas yang biasa disisihkan dan dihambat bahkan kalau perlu dihancurkan itu yang masih saya rasakan sampai saat ini saya tinggal di Yogya yang dibilang sebagai Indonesia kecil tempat bertemunya seluruh mahasiswa se Indonesia. Pemerintah Kota Solo tidak membeda-bedakan masyarakatnya berdasarkan agama dalam pelayananannya, dan memang pengalaman saya sejak kecil semasih tinggal di Solo tidak pernah merasakan intimidasi ataupun tekanan terhadap agama minoritas, saya baru merasakan, paham dan mengalaminya setelah menjalani hidup keluar dari kota Solo.
Melalui tulisan ini saya sebagai anak tertua mewakili keluarga besar Ignasius Sigid Purwanto mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Solo yang telah memberikan pelayanan kesehatan bagi bapak kami sampai sembuh. Ini bukan iklan untuk kampanye Jokowi menuju DKI-1 tetapi untuk pembelajaran bersama bagi Pemangku Kebijakan Kota/Kabupaten daerah lain bahwa totalitas pelayanan kesehatan bisa menyelamatkan nyawa masyarakatnya. Hari ini satu nyawa bapak saya terselamatkan oleh kebijakan Pemerintah Kota Solo.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H