[caption id="attachment_234628" align="aligncenter" width="504" caption="Ilustrasi/ Admin (kompas.com)"][/caption]
Saya ingin menulis opini tentang fenomena smart deviceslayar besar sekarang ini. Tulisan ini melibatkan Apple, Samsung, Sony, Huawei & ZTE, juga sedikit ulasan tentang LG dan HTC.
Kemarin ini di Consumer Electronic Show, Las Vegas, Sony & Huawei baru saja merilissmartphones "flagship" mereka dengan nama Xperia Z & ZL dan Ascend Mate & D2. Xperia Z & ZL berfitur premium, layar 5" Full HD, Bravia Engine 2 & dilengkapi koneksi teranyar, MHL. Sedangkan Ascend Mate & D2 berfitur premium dengan layar 6.1" & 5" Full HD, sertaunibody aluminium.Flagship Sony & Huawei ini bahkan ditenagai kamera 13MP & fiturdust+water resistant (Experia Z & Ascend Mate+D2). Produk Samsung tidak memiliki fitur ini. Artinyaflagship Sony & Huawei ini adalah rivalitas langsung terhadapflagshipSamsung. Konsumen tentu berpikir bahwa produsensmartphonessedang berlomba-lomba merebut pasar dengan ukuran layarnya yang makin besar. Dari mana sebetulnya kegilaan ini berasal? Kegilaan terhadap ukuran layar ini tak lain tak bukan dimulai oleh: Samsung. Di masa lalu pertarungan iOS vs Android praktis hanya diperankan oleh iPhone & Samsung. Semua dimulai dari ukuran layar iPhone. Steve Jobs punya prinsip baku bahwasmartphonehanya boleh berlayar 3.5" karena ituform factoryang optimal untuk penggunaan satu tangan. Jobs juga mengharamkanstyluskarena menurutnyainput deviceterhebat adalah jari tangan manusia. Lebih dari ukuran layar 3.5" Apple memilih menciptakan iPad yang fenomenal. Layar lebih besar namun fitur lebih minim. Samsung lantas meniru Apple. Samsung mengeluarkan jajaran produk Android & salah satunya punyaform factorsama persis dengan iPhone (3G), yaitu Galaxy Ace. Namun yang menjadiflagshipSamsung saat itu adalah Galaxy S, dengan layar lebih besar & fitur lebih baik dari iPhone 3G. Apple mulai merasa "panas" dan akhirnya merilis iPhone 4 yang fenomenal di 2010. Desain baru namunform factortetap baku. Samsung juga tak mau kalah, setahun kemudian mereka mengeluarkan produk baru, Galaxy S II berlayar 4.3" dan bodi lebih tipis. Pertarungan pasarsmartphonessangat menarik saat itu. Kedua merek bersaing ketat. Di Amerika iPhone 4 unggul, tapi di seluruh dunia Galaxy S II merajai. Merasa penjualan Samsung melebihi ekspektasi mereka, Apple lantas memulai perang paten yang selanjutnya jadi membosankan itu. Namun kita tak akan membahas perang paten. Sekali lagi kita cuma membahas fenomenaform factor, terutama layar. Jangan lupa, Apple merilis iPad 9.7" & Samsung menyainginya dengan Galaxy Tab 7". Penjualan iPad sukses, Galaxy Tab jauh tertinggal di bawah. Untuk itu Samsung membuat strategi lain dengan merilis Galaxy Tab berbagai ukuran layar: 7", 8.9" & 10.1". Namun iPad tetap memimpin penjualan tablet hingga kini. Samsung tak mau terus berada dalam situasi perang paten sementara produk unggulan mandek di Galaxy S II. Muncullah strategi baru. Samsung berpikir terbalik dari prinsip b(k)aku Jobs yang mengharamkanstylus& layar selain 3.5" & 9.7". Muncullah: Galaxy Note! Galaxy Note seolah menjadi spesies baru di duniadevice. Layar 5.3" & menggunakanstylus. Fitur untuk menggambar dioptimalisasi. Kemunculan Galaxy Note lantas memunculkan pula kosa kata baru: "phablet" untuk merujuk ukuran layarnya yang dianggapcross-over.FanboyApple meremehkan keputusan Samsung ini karena bertentangan dengan prinsip Jobs. Mereka meramalkan Galaxy Note bakal gagal di pasaran. Yang terjadi justru sebaliknya, Galaxy Note sukses di pasaran karena konsumen menyukai kemampuannya berkreasi di layar yang lebih besar. Sampai di sini merek-merek Android lain mulai ikut bergairah. Sony menceraikan Ericsson dan membuat flagship-nya sendiri. Begitu pula LG. Huawei, pemain lama di dunia manufaktur/infrastruktur komunikasi, terjun juga dismartphones. Diikuti kompatriot senegaranya, ZTE. Lalu muncullah fenomena di dunia Android di mana produsen berlomba-lomba membuat produk dengan layar lebih besar (dan bodi lebih tipis). Sony merambat naik dengan produk-produknya, sementara Huawei mencoba meyakinkan pasar dengan kemampuan manufakturnya. ZTE berstrategi lebih kalem. Sah lah kemudian di dunia Android berkembang prinsip "the bigger, the thinner, the better". Akhirnya dibanding iOS, dunia Android berkembang lebih pesat & dinamis. Pengguna Android pun jauh melampaui iOS (3 berbanding 1,IDC report2012). Perang paten Apple vs Samsung sendiri akhirnya menampilkan kenyataan bahwa kemampuan manufaktur Samsung sudah meraksasa, bukan sekadar pengekor. Perang paten sekaligus menampilkan kenyataan bahwa ini merupakan usaha Apple menahan laju Android namun tak mau berhadapan langsung dengan Google. Di momentum ini Samsung lah akhirnya yang sekarang "mengendalikan" duniasmart devices. Apple bergerak stagnan, kecuali dengan iPad 2 nya. Pada titik itu Samsung telah memiliki 2flagship, Galaxy S II & Note, yang "mengarahkan" kemanasmart devicedunia harus berkembang. Di 2012 Samsung betul-betul mengguncang gairah duniasmart devicedengan produk baru yang keluar sepenuhnya dari bayang-bayang prinsip desain Apple. Samsung mengeluarkan produk yang disebut "most-awaited", "most-anticipated", yaitu Galaxy S III dengan layar lebih besar, 4.8", bodi tipis & ergonomis. Pun begitufanboy"die-hard" Apple menganggap Galaxy S III adalah produk yang mengalami gigantisme & tetap memujaform factoriPhone. Yang tidak siap dihadapi Apple &fanboy-nya adalah fakta penjualan Galaxy S III yang laris manis. Website GSMArena menyebutnya "sells like hot cakes". Galaxy S III meraup sukses luar biasa & menjadi produk dengan penjualan nomor 1 di dunia hingga saat ini. Kenyataan yang bahkan membuat HTC cemburu, karena sebetulnya tepat sebelum rilis Galaxy S III, HTC juga merilisflagship-nya, One X, dengan layar 4.7" & spesifikasi mirip. Namun walaupun One X adalah produk yang mengagumkan, rupa-rupanyanya konsumen dunia lebih memilih merayakan produk Samsung dan membuat HTC terpuruk. Bahkan di akhir 2012 penjualan HTC turun 91%.Ups! Melihat kesuksesan Samsung, bukan hanya produsen Android lain yang "gatal" menyaingi namun akhirnyafanboy& Apple pun mulai "gerah". Gosip mulai berhembus dari Cupertino kalau Apple akan membuat produk saingan. Sementara produsen Android lain merilis produk yang mirip-mirip, Samsung tak mau menunggu. Di pertengahan 2012 mereka kembali merilis Galaxy Note 10.1" & di akhir tahun merilis Note II yang sudah ditunggu-tunggu. Lompatan teknologi dari Galaxy Note (original) ke Note 10.1 & Note II sangat mengagumkan. Penjualan Galaxy Note II bahkan melampaui Galaxy Note pada bulan pertama. Tak mau kehilangan momentum, Apple akhirnya merilis produknya. Lahirlah produk yang telah lama digosipkan: iPhone 5. Lebih tipis & layar membesar setengah inci (saja). Akhir 2012 diikuti dengan kelahiran iPad Mini berlayar 8".Form factorlayar 4" milik iPhone 5 keluar namun sekaligus belum bisa lepas sepenuhnya dari prinsip Jobs. iPad Mini sebaliknya melawan prinsip Jobs tentang desain ideal tablet. Pun begitu, walaupun didera berbagai masalah, iPhone 5 ternyata berhasil merebut kembali cintafanboy& mengembalikan kepercayaan diri produk Amerika ini melawan kepungan produk Asia. iPhone 5 menuai penjualan tertinggi di Amerika pada semester 2 tahun 2012 walaupun belum mampu menggoyahkan bagian lain di seluruh dunia. Kesuksesan iPhone 5 ini sayangnya tak diikuti oleh iPad Mini. Sempat menuai sukses di awal rilis, iPad Mini akhirnyaflopdi pasaran. Yang menarik adalah bahwa pada akhirnya Apple pun harus menyerah pada pasar yang menginginkan prinsip "the bigger, the thinner, the better". Prinsip-prinsip b(k)aku Jobs akhirnya dilanggar setelah kematiannya. Apple harus menunggu 2 tahun untuk berani melakukannya. Semua demi pasar. Di awal 2013 produsen yang sebelumnya tidak dipandang mulai menohok lebih dulu untuk merebut perhatian pasar dari kutub Samsung & Apple. Setelah Sony & Huawei, ZTE mulai bergerak agresif dengan rilis produk Grand S berlayar 5" & segera menyusul Nubia 27 dengan layar sebesar 6.3" (!). Lomba layar besar oleh Sony, Huawei & ZTE (juga LG & HTC) sudah memalingkan diri dari Apple & memilihhead to headdengan produk Samsung. Jelasnya produk yang dilawan adalah Galaxy S III & Note II. Produsen-produsen itu mencoba mengaburkan batasan "phone" & "phablet". Jika Sony & ZTE lebih elegan dengan menunggu momen CES 2013, Huawei lebih agresif dengan memunculkan produk sebelum acara sekaligus psywar terhadap Samsung. Samsung yang digadang-gadang bakal merilis Galaxy S IV di ajang ini ternyata lebih memilih merilishouseware. Artinya momen rilissmart devicesterbaru Samsung layak ditunggu. Bahkan gosipnya tahun ini akan hadir iPhone murah dengan bodi polikarbonat--which is plastic--untuk merebut pasarmid to low end. Kalau gosip ini benar artinya Apple betul-betul berani (mengambil risiko) mendobrak sepenuhnya prinsip-prinsip Jobs. Tampaknya kegilaan akan layar besar belum akan berhenti dalam waktu dekat. Samsung yang selalu jadibenchmarkentah nanti akan membuat apa. Tapi sebetulnya semua kegilaan layar besar ini akan berakhir di tangan konsumen--literally. Kenyamanan menggunakandevicejadi yang utama. Berlomba2 dalam besar layar potensial menjadi konyol jika tidak disokong aplikasi yang mendukung fragmentasi. Android sudah pengalaman mengalami hal ini. IMHOdefinisi ukuran layarphone(phablet (5"-tablet (7"+) sudah cukup stabil & tidak terlalu perlu dikaburkan lagi. Pada akhirnya pula konsumen harus stop di satu titik dan melihat kebutuhannya (needs), bukan keinginannya (wants). Gunakanlah logika. Di duniasmartdevicetidak ada yang betul-betul terbaik. Yang ada adalah yang terunggul--pada masa/poin tertentu. Dengan begitu tidak perlu lagi terciptanya atau tumbuhnya kegilaan tak masuk akal pada sebuah merek. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H