Mohon tunggu...
Siti Fakhriyyah
Siti Fakhriyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dream the Impossible

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PACC sebagai Upaya Kawasan Pasifik dalam Menghadapi Ancaman Climate Change

25 Oktober 2022   22:52 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:25 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara-negara di kawasan Asia Pasifik berada di garis terdepan dalam menghadapi masalah climate change. Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi negara-negara Pasifik sebagai akibat dari perubahan iklim yang semakin ekstrim.

Pertama, perubahan iklim mengakibatkan bagian dari Kepulauan Solomon menghilang. Seperti yang diketahui bahwa ujung barat dari kepulauan solomon ini merupakan pulau yang terpencil di samudra pasifik. Secara normal permukaan laut rata-rata global akan mengalami kenaikan sekitar 3 milimiter pertahun. Namun, permukaan air laut di Kepulauan Solomon dalam dua dekade terakhir telah meningkat sekitar 7-10 milimeter per tahun. Dapat dikatakan kenaikan tersebut sudah di atas rata-rata.

Dalam 20 tahun terakhir, permukaan air laut di kepulauan Solomon telah naik lebih dari 15 sentimeter, sebagian karena perubahan iklim dan sebagian karena angin yang secara sik mendorong air ke bagian pasik. Terdapat 33 pulau-pulau di sektor utara Kepulauan Solomon, 6 diantaranya telah menyusut hingga setengah ukurannya, dan 5 diantaranya telah menghilang. Salah satu contoh pulau yang menyusut adalah pulau Karli.

Lalu, bagaimana perubahan iklim memengaruhi Pasifik? Perlu diketahui bahwa perubahan iklim merupakan masalah yang dapat memengaruhi berbagai sektor. Salah satunya di sektor kesehatan. Terjadi malnutrisi di Kepulauan Solomon karena kelangkaan pangan yang disebabkan oleh naiknya permukaan air laut. Menurut seorang sukarelawan Renzo Tonkin, climate change memengaruhi produk lokal di mana jika masyarakat yang tinggal di sana pada masa angin topan begitu banjir maka hasil produksi akan berkurang, pasokannya rendah dan harga juga ikut naik.

Pada negara Kiribati, terdapat penyakit menular melalui air sebagai akibat dari peristiwa cuaca ekstrim. Di Kepulauan Marshall juga terjadi penyebaran penyakit yang ditularkan di daerah banjir sebagai akibat dari semakin banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk dan semakin dekatnya jarak antara hewan dengan manusia karena lingkungan lahan yang terkikis. Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh perubahan iklim dengan berbagai cara. Misalnya peningkatan jumlah ekstrem cuaca dapat memengaruhi kesehatan orang-orang bahkan dapat menyebabkan kematian.

Australia sebagai negara Pasifik yang rawan terjadinya kebakaran hutan atau bushfire semakin diperparah dengan munculnya climate change. Dengan adanya cuaca iklim yang ekstrem akan membuat kondisi kebakaran hutan menjadi lebih buruk. Analisis yang telah dilakukan oleh World Whether Attribution Initiative memaparkan bahwa pemanasan global telah meningkatkan risiko cuaca panas dan kering yang memungkinkan terjadinya kebakaran hutan setidaknya 30% lebih tinggi. Pada november 2019, Dewan Iklim Australia menerbitkan sebuah laporan yang berjudul "This is Not Normal" yang juga menemukan bahwa kondisi kebakaran hutan secara dahsyat pada akhir 2019 telah diperparah oleh perubahan iklim.

Bukan hanya keadaan kebakaran hutan di Australia yang diperparah oleh krisis iklim, namun kebakaran hutan ini juga menambah buruk kondisi perubahan iklim itu sendiri yang menimbulkan feedback loop (UNEP,2020). Kebakaran hutan juga memberikan dampak perubahan iklim yang semakin parah karena emisi gas yang dilepaskan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Australia. Menurut UNEP peristiwa lingkaran umpan balik atau feedback loop ini sangat memprihatinkan.

Kekhawatiran dari negara-negara Pasifik atas masalah tersebut akhirnya membuat mereka bersatu menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Kawasan Pasifik pada akhirnya rapuh dan disatukan oleh satu ancaman, yakni climate change. Salah satu responnya dengan membentuk Pacic Adaptation for Climate Change (PACC).

Naiknya permukaan laut, berubahnya pola curah hujan siklon tropis yang semakin intens, pemanasan global serta pengasaman pesisir proyek. Untuk inilah PACC hadir bertujuan untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap climate change dengan mengembangkan teknik adaptasi dalam tiga bidang utama, yakni pangan, air, dan juga zona. PACC ini merupakan inisiatif adaptasi perubahan iklim besar pertama di Kawasan pasifik.

Sejak dimulai program PACC pada tahun 2009 telah mampu memberikan kontribusi dengan meletakkan dasar bagi masyarakat di Kawasan pasifik yang lebih tanggung, kuat dan mampu mengatasi varibialitas perubahan iklim. PACC bekerja untuk meningkatkan kapasitas adaptif di lapangan dan mendorong pengarusutamaan risiko iklim ke dalam perencanaan dan kegiatan pembangunan nasional.

Selain itu, program PACC merupakan kemitraan antar beberapa lembaga regional utama dan lembaga nasional serta komunitas di 14 negara kepulauan Pasik. PACC juga di danai oleh Global Environment Facility (GEF) dengan UNDP sebagai badan pelaksana. PACC juga didukung oleh United Nations Institute for Training and Research (UNITAR) dan program Climate Change Capacity Development (C3D )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun