Mohon tunggu...
Sifa Sanjurio
Sifa Sanjurio Mohon Tunggu... Dosen - Traveler

Perempuan asli Cianjur Jawa Barat Indonesia yang bercita cita ingin membahagiakan Ummi tercinta. Pernah kuliah di UIN Ciputat, UI salemba dan Tehran University. Open Minded, Cinta NKRI. Farsi in advance. sifasanjurio@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Visa on Arrival Turki Dihapus?

29 Juli 2014   13:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="ilustrasi/kompasiana (kompas.com/shutterstock)"][/caption] Visa berubah... Turki, negara yang terletak diantara Timur Tengah dan Eropa, dengan Selat Bhosphorusnya yang indah dan tenang, tata kota dan kebersihan kota nya serta sejarah kejayaan Usmaniyah dulu, menyihir semua orang dan menyedot perhatian turis di seluruh dunia, termasuk saya, seorang perempuan singleyang hobi jalan jalan. Pertama kali menginjakkan kaki di Turki tepatnya di Istanbul, pada tahun 2013 bulan Juni awal, saya mendapat tiket murah waktu itu Tehran Istanbul PP hanya 8 juta riyal atau sekitar 200 dollars US (dollar sedang tinggi di Iran) dengan penerbangan Mahan Air (Penerbangan milik Iran). Bepergian ke Turki dari Iran disamping ongkosnya yang murah, karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari Iran, juga untuk orang Indonesia tidak harus 'ribet' mengurus visa, visa dengan sangat mudah bisa didapatkan di Airport Turki. Oleh karena itu, dengan berbekal Tiket, Exit Permitt, dan satu koper kecil berisi makanan (khas Iran, khas Indonesia, termasuk beras Cianjur, hadiah dari temen yang datang ke Iran dari Indonesia) serta tas gendong, saya berangkat ke Istanbul sendiri dengan percaya diri. Sesampainya di counter Mahan Air, petugas pemeriksa passport dan visa menanyakan visa, dan saya jawab bahwa Indonesian bisa menggunakan Visa on Arrival (VoA ) disana. Jawaban saya tersebut, membuat mereka heran, dan kembali bertanya; Kamu yakin tak memerlukan visa? mmmh sepertinya mereka tidak percaya, dan saya harus menunggu lumayan lama, karena petugas itu mengecek di komputernya dan diakhiri dengan bertanya ke sesama temannya, dan temannya juga ternyata tidak 'yakin' akan jawabannya, sampai akhirnya jawaban 'positive' pun saya dapatkan 'anda bisa terbang kesana'. Alhamdulillah, begitu bisikan lirih batin saya. Masalah timbul Keberangkatan kedua saya ke Turki adalah kemarin tanggal 22 Juli 2014, saya diundang oleh teman asli Turki, dan saya pun dibelikan tiket one way, karena rencana saya dari Turki mau lanjut ke Yunani (Visa Schangen telah saya dapatkan). Dengan percaya dirinya (PD) saya berangkat menuju Airport dengan hanya tas ransel saja, serta satu buah tas yang berisi oleh oleh. Tiba di Airport International Imam Khomeini seperti biasa petugas pengecek passport dan visa di counter Atlas Jet (Maskapai Penerbangan milik Turki), dan seperti biasa pula petugas menanyakan mana visa nya? dan saya jawab seperti kejadian diatas. Tetapi untuk kali ini, petugas yang tidak ramah dan cenderung 'ketus' tanpa senyum sama sekali, padahal katanya Iran terkenal dengan keramah tamahannya menyerahkan passpor ke saya dan mengatakan 'kamu tidak bisa terbang ke Turki tanpa visa, minimal kamu urus evisa kamu, dan kamu bisa berangkat', dia sama sekali tidak bisa terima kalau Indonesian bisa memakai fasilitas VoA disana. Evisa sendiri (Elektronik Visa) adalah visa yang diurus melalui internet dengan pembayaran memakai kartu kredit, sementara di Iran, Kartu Kredit apapun tidak bisa digunakan, oleh karena itu mustahil saya pakaievisa. Ditambah sikap dia yang angkuh dan tidak bersahabat, saya pikir percuma saja saya terus terusan merengek minta bantuan, dia pun tidak bisa memberikan solusi terbaik agar tiket saya tidak hangus dan bisa digantikan hari lain. Satu jam lagi pesawat itu terbang, dan saya dengan hati lemas harus merelakan tiket itu 'burn out', sementara teman saya di Istanbul sudah siap siap untuk menjemput saya di Airport, ah ntah bagaimana nasibnya, karena saya pun tidak bisa telpon atau kabarin dia. ini data tiket saya yang 'angus' itu : on reservation No: 23699833 PNR No: J6AD39 Flight No: KK6571. 22 july 2014. pukul 05 pagi. Tehran Istanbul. Visa Elektronik (Evisa) dan Visa on Arrival (VoA) Mana menurut anda lebih baik? kalau anda bertanya balik kepada saya, maka saya bisa jawab sekarang tanpa harus pikir panjang, bahwa VoA adalah lebih baik, lebih simple dan lebih nyaman. Sesampainya di Airport Turki, langsung ke counter visa untuk Indonesian, sangat mudah dan cepat sekali, tinggal kita menyediakan uang 25 dollars US dan passport kita akan ditempelin visa serta di cap. Kita boleh tinggal selama sebulan lamanya di Turki. Jadi saya mohon kepada pihak berwenang dalam hal ini agar tetap memberikan VoA untuk masyarakat Indonesia yang akan berziarah, berrlibur, berbisnis atau ber ber lainnya ke Turki. Masih banyak tempat yang harus saya kunjungin dan 'silaturahmi' in di Turki. Semoga persahabatan dua negara Indonesia Turki semakin erat dan maju tentunya, kalau bisa VoA pun dibebaskan, atau minimal diturunkan nominal dollarnya. Ribuan Teman di Turki Banyak sekali masyarakat Indonesia yang tinggal di Turki, sebagian besar dari mereka adalah pelajar, yang tersebar di berbagai kota di Turki. Termasuk teman teman dekat saya yang belajar disana. Walaupun waktu itu saya hanya tiga minggu saja disana (Istanbul, Ankara, Konya). Masih banyak tempat yang harus saya kunjungi diantaranya (Izmir, Antalia, Kapadokya). Di Istanbul saya dijemput dan disambut oleh sahabat saya Syauki dan Zaki, keduanya sedang melanjutkan S3 di Universitas Istanbul. Sesampainya di Ankara, saya dijemput dan disambut oleh Faris, Mahasiswa S3 di Ankara University, begitu halnya di Konya (tempat makam Jalaluddin Rumi dan sahabat serta muridnya Shamsuddin Tabrizi) saya dijemput dan disambut oleh Labib Mahasiswa S2 Universitas Konya juga Mas Faiz Mahasiswa S3 di Universitas yang sama. Belum lagi ketika kita berziarah ke makam Jalaluddin Rumi, wajah wajah Indonesia dengan memakai baju seragam bertuliskan Indonesia, saya banyak temukan disana, sudah dipastikan mereka adalah rombongan peziarah. Karena banyaknya masyarakat kita disana, ketika kita berpapasan di jalan, sudah biasa biasa saja bahkan cenderung 'acuh'. padahal saya merasakan hal yang bahagia sekali ketika bertemu dengan sebangsa setanah air di luar negeri, tetapi sayang, mungkin ini hanya perasaan saya saja yang merasakan seperti ini, terkesan 'katro' memang. Disamping banyak teman teman orang Indonesia, teman teman asli Turki pun banyak saya punya, karena satu asrama, satu kampus di Tehran University. Oh ya, Iran merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan belajar orang orang Turki juga. Athens, July 29, 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun