Mohon tunggu...
desweeterescape
desweeterescape Mohon Tunggu... -

into you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coklat dan Imaji

1 Agustus 2014   02:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, 30 Juli 2013


Libur yang masih panjang dan hujan yang masih belum reda memicu energi yang aku miliki sekarang untuk membuat coklat panas dan mengkombinasikannya dengan buku yang lama tak pernah aku baca dan akan aku baca di teras kamar yang diiringi gemercik hujan gerimis manis semanis malam ini. Romantis !


Coklat pun siap kusantap, kulangkahkan kaki di tangga menuju kamarku di lantai 2. Tiba – tiba ponselku berulang – ulang mengeluarkan bunyi yang sama, “Pasti message dari grup”, gumamku. Ternyata benar grup jamanku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama negeri di Bandung. Kubaca perlahan ternyata mereka sedang throwback masa lalu kami sewaktu SMP. Dan kubaca kata demi kata perlahan mereka mulai membahas diriku juga..


“Nah si Rio nih yang udah 12 tahun masih naksir Lala”


“Iya.. Lala nya belum muncul aja nih di grup, Rio juga belum muncul, mana nih mereka ?”


Tiba – tiba pikiranku melayang di masa – masa SMP-ku, masa dimana aku boleh disebut anak yang rajin dan bukan termasuk siswa yang gaul malah cenderung siswa yang menjadi suri tauladan yang baik bagi siswa lainnya. Rio, dia murid laki – laki yang dulu bahkan aku lebih tinggi darinya, awal – awal memang tidak begitu akrab dengannya walaupun sekelas. Cuma ada momen dimana aku begitu sebal padanya karena tiap aku tidak sengaja berpapasan dengannya di sekolah dia selalu berbisik pada teman di sebelahnya lalu menertawakanku. Begitu menyebalkannya Rio sewaktu itu.


Ketika momen Valentine dan saat itu aku duduk di kelas 3 ada memori yang sampai saat ini aku masih mengingatnya. Ketika itu saat istirahat di kelas tidak begitu banyak orang, aku masuk kelas dan ketika aku buka tasku aku menemukan coklat dengan pita warna pink. Manis sih, tapi aku tidak tahu siapa pengirimnya. Mau makannya pun aku mesti berpikir panjang dan melangkahinya sebanyak 3 kali, ritual yang banyak orang lakukan jika menghadapi masalah sepertiku. Akhirnya hari demi hari kulalui dan aku pun lupa dengan coklat itu. Belakangan sahabat dekatku mengaku bahwa dia yang menaruhnya karena Rio menyuruhnya. Dari situ aku sedikitya tahu bagaimana perasaan Rio padaku saat itu.


Setelah lulus SMP, ternyata aku dan Rio harus satu SMA bahkan sewaktu kelas 3 kami sekelas. Aku rasa memang Rio sudah biasa saja padaku, dia sudah punya pacar dan aku pun begitu..


“Lala, dulu satu SMP dengan Rio yah ?” Tanya Lia di kantin. Lia adalah pacar Rio saat itu di sekolah.
“Iya, kenapa Li?” tanyaku sambil tersenyum kecil.
“Rio sering juga cerita tentang kamu katanya dulu dia emang naksir kamu malah dari pertama masuk SMP, yah first love gitu hehe. Aku sih gak cemburu kok La, cuma gak tahu pengen aja kasih tahu kamu..”


First love ? Hmm wajar sih kalau memang aku yang jadi first love-nya Rio, kan masih SMP juga, masa – masa remaja yang cintanya pun masih cinta monyet..


“Eh La, tahu gak ?” Tiba – tiba Dena menyapa saat momen Pekan Olahraga Sekolah di lapangan basket.
“Kenapa Den ?” tanyaku penasaran.
“Si Rio cowokku ternyata dulu dia naksir kamu loh Den. Kemarin malem kan kita telponan terus cerita orang yang ditaksir di masa lalu, eh dia malah cerita kamu, La. Tapi katanya gak pernah nembak kamu yah La ?”


Mengapa Rio selalu menyelipkan namaku pada cerita cintanya baik di masa lalu ataupun sekarang ? Entahlah aku tak mengerti bagaimana perasaan cowok tinggi cungkring itu sebenarnya dan lebih baik aku tak mau tahu lebih jauh karena memang kami masing – masing sudah punya pacar.


Sampai saat kelas 3, saat aku dan pacarku yang memang pacaran cukup lama putus juga dan Rio pun berstatus single seperti mengulang memori SMP, kami sekelas lagi dan dia memang mendekatiku meskipun malu tapi memang tidak secupu dan sekanak – kanak dulu. Dia sering menawarkanku pulang dengannya, mengajak ngobrol diriku di sekolah ataupun di luar sekolah. Sepulang pemotretan untuk buklet perpisahan SMA aku duduk disampingnya di dalam mobilnya, dia banyak bercerita, meskipun begitu kulihat tatapannya yang sebenarnya sampai saat ini masih malu – malu. Kami pun sempat nonton bareng meskipun film Indonesia yang tidak terlalu seru, aku tahu ini salah satu usahanya mendekatiku.


Dan entahlah mengapa meskipun begitu sampai saat ini kami tidak pernah bersatu, selalu ada jalan kami tidak pernah bersatu. Saat kami berpisah karena kuliah di tempat yang berbeda dia pernah mengirimiku pesan singkat..


Five – six years ago and I still waiting you… but I know perhaps this is the best way, I don’t know that we’ll never together.. now I have girlfriend and I don’t know that you’ll never be mine..


Saat itu aku merasa entahlah mungkin sebenarnya aku pun menunggunya, hanya takdir berbicara lain.


Dan…aku selalu percaya takdir Tuhan selalu baik, mungkin dia gak pernah jadi denganku karena Tuhan punya alasan lain. Kalau dihitung sampai saat ini… ya 12 tahun aku dan Rio dan masih seperti ini, tidak pernah bersatu.
Ah.. aku lupa ! Coklat panasku sudah dingin bersama imajinasiku tentangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun