Mohon tunggu...
Sifa Mei Atika
Sifa Mei Atika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permainan Kelereng Yang Sekarang Kurang Mentereng

29 Maret 2023   15:04 Diperbarui: 29 Maret 2023   16:44 2608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi : www.idntimes.com


Permainan tradisional merupakan permainan yang berasal dari suatu budaya masyarakat yang biasanya dimainkan oleh anak-anak, yang mana permainan tersebut dijadikan sebagai alat komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Akan tetapi permainan tradisional ini tidak diketahui siapa pengarangnya, maka dari itu permainan ini biasanya dikenalkan secara turun temurun dengan cara lewat mulut ke mulut dan lain sebagainya, sehingga nama dari permainan-permainan tradisional ini banyak yang berbeda dari daerah satu dengan daerah lain, meskipun dasar permainannya sama. Biasanya permainan ini lebih sering dimainkan oleh anak-anak yang berada dipedesaan. 

Di dalam permainan tradisional terkandung pesan-pesan yang sangat mendalam serta terdapat pula nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai moral tersebut diantaranya adalah kerjasama, kejujuran, pantang menyerah, keberanian, kecakapan dan lain sebagainya. Sehingga banyak yang menggunakan permainan tradisional ini sebagai media untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak-anak. Di Indonesia terdapat bermacam-macam permainan tradisional, salah satunya yang paling familiar adalah permainan kelereng.

Permainan kelereng merupakan suatu permainan yang menggunakan alat berupa bola yang berukuran kecil dan memiliki variasi warna dan bentuk yang berbeda-beda. Biasanya tempat bermain kelereng diatas tanah yang rata dan datar serta digambari sebuah lingkaran yang digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan kelereng-kelereng yang akan dimainkan. Besar kecilnya lingkaran tergantung banyaknya kelereng yang dimainkan dan juga banyaknya orang yang berada dalam permainan tersebut. Biasanya permainan kelereng dimainkan dengan cara berkelompok, dan diawali dengan hompimpah (Jawa) untuk mengetahui orang pertama yang melempar kelereng penyerang. Selanjutnya, para pemain berdiri digaris yang telah disepakati bersama, yang digunakan sebagai penanda untuk melempar kelereng penyerang. Semua pemain melempar kelereng masing-masing secara bergantian sesuai dengan urutan yang didapatnya. Dan jarak lemparan kelereng yang paling dekat dengan lingkaran, berhak menyentil terlebih dahulu kelereng yang berada di dalam lingkarang tersebut atau yang sering disebut dengan kelereng  penyerang. Jika kelereng yang dilempar pemain mengenai kelereng penyerang, dan kelereng penyerang tersebut keluar dari lingkaran, maka kelereng tersebut berhak diambil oleh pemain tersebut. Dan jika kelereng yang berada didalam lingkarang habis, maka para pemain diberi satu kesempatan untuk menyentil kelerengnya mengenai kelereng pemain lain, dan jika pemain tersebut berhasil mengenai kelereng para pemain lain, maka pemain tersebut adalah pemenangnya dan permainan tersebut selesai.

Siapa sangka dibalik keseruan permainan ini, ternyata didalamnya mengandung banyak nilai-nilai moral yang dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup didalam masyarakat. Nilai-nilai moral tersebut berupa kejujuran, pantang menyerah, persatuan, sportif, kebersamaan, konsisten, dan Kerjasama. Hal tersebutlah yang membuat para guru menjadikan permainan ini sebagai media untuk pembelajaran karakter dikalangan sekolah dasar. Cara ini dianggap sangat efektif karena anak-anak akan mudah mengingat semua materi yang sudah dipelajari lewat permainan yang mereka mainkan ketimbang lewat penjelasan dari gurunya.  Bahkan permainan ini, juga dapat melatih motorik pada anak. Jadi tidak heran jika banyak anak-anak yang memainkan permainan tersebut.

Seiring berjalan waktu, nilai-nilai moral yang terkandung dalam permainan tersebut mulai terkikis. Salah satunya yaitu nilai kejujuran dan pantang menyerah. Anak-anak diera 4.0 seperti sekarang ini, sering kali mengabaikan nilai kejujuran. Bahkan mereka sudah terbiasa berbicara tidak jujur sejak dini dan perbuatan tersebut dianggap hal biasa bagi mereka. Di era globalisasi yang semakin pesat ini, nilai pantang menyerah juga lambat laun mulai luntur. Banyak dari generasi z yang sering mengeluh jika diberi soal pelajaran yang sedikit sulit oleh gurunya, padahal jika mereka mau berusaha pasti mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan mudah. Namun dibalik lunturnya nilai-nilai moral tersebut, nilai persatuan masih tetap eksis di tengah-tengah gempuran perkembangan zaman yang semakin maju ini.

Perlu kita ketahui, kemajuan IPTEK yang menjadi dampak positif dari lahirnya era 4.0 ini, justru berbanding terbalik dengan eksistensi permainan tradisional kelereng di dalam lingkungan masyarakat. Pasalnya, dengan adanya kemajuan IPTEK ini banyak melahirkan permainan-permainan online terbaru yang lebih canggih bagi anak-anak, sehingga permainan kelereng ini berangsur-angsur hilang bak ditelan bumi. Permainan tradisional kini semakin sulit ditemukan ditengah masyarakat. Saat ini, anak-anak lebih memilih menghabiskan waktu bermain mereka untuk bermain game online digadget mereka masing-masing ketimbang bermain permainan tradisional kelereng bersama teman-temannya. Perkembangan teknologi, dapat mengancam eksistensi permainan kelereng ini. Sebab di era kemajuan IPTEK ini, permainan kelereng dianggap barang langka yang susah untuk ditemui. Banyak anak-anak di zaman sekarang yang tidak mengetahui permainan kelereng, bahkan anak-anak yang berada dikawasan terpencil pun sudah sibuk dengan smartphonenya. Mereka mengganggap, bahwa hidup dengan menikmati kesendirian dalam jeratan tekhnologi merupakan sebuah keasyikan tersendiri bagi mereka. Padahal dalam permainan kelereng tersebut banyak terdapat nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya. Begitupun didalam lingkungan masyarakat dan juga disekolah, permainan kelereng ini sudah tidak lagi kita jumpai. Maka dari itu, permainan kelereng perlu dilestarikan di era 4.0 ini, karena secara tidak langsung dapat dijadikan alat untuk mengenalkan keberagaman budaya yang ada di Indonesia, serta dapat menanamkan nilai dan karakter sebagai pondasi terbentuknya pribadi anak yang luhur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun