(21/01/2025) Mahasiswa KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) Kelompok 54 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah melaksanakan kegiatan "Pelatihan Hidroponik". Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Putukrejo bersama dengan para Ibu Kader PKK Desa Putukrejo dalam rangka mengembangkan kemampuan bercocok tanam melalui sistem hidroponik. Â Para serta peserta mengikuti kegiatan ini dengan sangat antusias, mengingat hidroponik merupakan inovasi sistem bercocok tanam yang dapat dilakukan di lahan terbatas.
Hidroponik merupakan teknik bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, namun sebagai gantinya menggunakan media air serta larutan nutrisi sebagai pertumbuhan tanamannya. Sistem hidroponik memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tidak menggunakan media tanah
- Lebih menghemat air dibanding secara konvensional
- Ramah lingkungan
- Efisiensi waktu
- Banyak menghasilkan tanaman, khususnya sayuran yang berkualitas
- Lebih aman dari hama
Kegiatan pelatihan ini dimulai dengan pengenalan hidroponik kepada ibu-ibu kader PKK Desa Putukrejo yang disampaikan oleh narasumber, Zainul Mujibi mahasiswa KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) Kelompok 54 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Narasumber membawakan beberapa materi antara lain sebagai berikut:
- Pengenalan Sistem Hidroponik: Jenis-jenis sistem hidroponik meliputi NFT (Nutrient Film Technique), Wick System (Sistem Sumbu), serta DFT (Deep Flow Technique).
- Persiapan Alat dan Bahan: Media tanam yang digunakan pada kegiatan pelatihan hidroponik berupa botol plastik bekas 1,5 L sebagai wadah untuk tanaman dan ibu-ibu kader PKK diwajibkan masing-masing untuk membawa 1 botol plastik tersebut.
- Praktik Langsung: Ibu-ibu kader PKK Desa Putukrejo bersama dengan narasumber, Zainul Mujibi mempraktikkan langsung cara menanam tanaman khususnya sayuran dengan menggunakan sistem hidroponik dengan arahan langsung oleh narasumber.
Pada kegiatan pelatihan hidroponik, jenis sistem yang digunakan adalah Wick System (Sistem Sumbu). Sistem sumbu merupakan sistem yang paling sederhana. Pada prinsipnya, sistem sumbu ini hanya membutuhkan sumbu yang dapat menghubungkan antara larutan nutrisi pada wadah tanam dengan media tanam, dimana wadah tanam yang digunakan adalah botol bekas air mineral ukuran 1,5 L yang diambil langsung dari limbah sampah plastik di lingkungan sekolah. Larutan nutrisi AB mix ditarik ke media tanam arang sekam dari botol penampung melalui sumbu. Air dan nutrisi akan dapat mencapai akar tanaman dengan memanfaatkan daya kapilaritas pada sumbu. Terdapat beberapa kelebihan dalam sistem sumbu ini, antara lain sebagai berikut:
- Biaya yang murah
- Pembuatan yang mudah dan sederhana
- Menggunakan sumbu untuk menyalurkan nutrisi sendiri
- Tidak memerlukan listrik ataupun pompa air
- Fleksibel jika dipindahkan
- Air hanya perlu dicek jika berkurang
- Media yang digunakan dapat berasal dari bahan daur ulang, serta keperluan dalam pembuatan proses lainnya lebih mudah didapatkan
Zainul Mujibi sebagai narasumber juga menjelaskan bagaimana cara merawat tanaman menggunakan teknik hidroponik dengan sistem sumbu ini agar tanaman dapat bertumbuh dengan maksimal, dibutuhkan perawatan yang rutin. Beberapa cara merawat tanaman menggunakan teknik hidroponik dengan sistem sumbu antara lain sebagai berikut:
- Secara rutin cek kondisi air nutrisi yang digunakan, minimal 2-3 hari sekali supaya tidak menjadi tempat tumbuhnya jentik-jentik nyamuk dan membersihkan wadah dari lumut (jika air habis, bisa langsung diganti dengan air baru).
- Cek media tanam untuk selalu tetap dengan kondisi yang bersih.
- Pastikan kondisi tanaman tumbuh dengan baik.
- Membersihkan kotak penampungan secara berkala (minimal 1-2 minggu sekali), untuk menghindari gagal pertumbuhan dan pertumbuhan jentik nyamuk.
Pelatihan ini merupakan langkah pertama dalam menciptakan komunitas yang lebih mandiri dan produktif. Bersama kolaborasi dan komitmen, Desa Putukrejo memiliki peluang untuk menjadi salah satu desa model dalam penerapan teknologi pertanian modern. Melalui kegiatan ini, para ibu kader PKK Desa Putukrejo telah menunjukkan bahwa inovasi kemampuan bercocok tanam tidak hanya bisa dilakukan oleh masyarakat kota, melainkan juga bisa diwujudkan oleh masyarakat desa dengan inovasi yang sederhana namun berkelanjutan.
Writer: Mohamad Sifak
Editor: Mohamad Sifak