Pada hari Rabu, 22 Juni 2016 lima orang yang mengaku mantan Teman Ahok yang mengadakan konferensi pers di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka adalah Paulus Romindi, Richard Sukarno, Dody Hendaryadi, Kusnun Nurun dan Dhella Noviyanti. Menurut Paulus mereka sebenarnya ada 17 orang. Namun yang berani mengadakan acara hanya 5 orang.
Sebelum konferensi pers dimulai para mantan keluar kafe, mungkin mereka berembuk dulu, atau saling menyemangati karena grogi akan masuk TV atau bahkan bersolek dulu karena mereka hari itu bak seorang artis yang sedang menghadapi perceraian dan dikerumuni banyak wartawan serta muka mereka akan ada di media elektronik maupun media cetak.
Namun apa daya, persiapan mereka sebelum konferensi pers terlihat kurang. Loh kok bisa?? Kan mereka sudah keluar dulu sebelum acara. Dari hal kecil saja, contohnya si Paulus yang kerah bajunya hanya “berfungsi” setengah doang, itukan bukan standart desainer kelas RT. Terus mereka ngapain saja sebelum konferensi pers dimulai, apakah sesama mereka lupa saling merapikan baju karena harus mengatur strategi bicara dulu? Hanya mereka yang tahu.
Masalah kerah sih sebenernya masalah si Paulus, yang tidak tahu kegunaan cermin yang selain digunakan sebagai kaca spion pada kendaraan, cermin kita gunakan ketika hendak berpergian dimana kita harus bersolek dulu, sudah enak dipandang atau belum.
Ternyata persiapan dari segi pakaian tadi berpengaruh terhadap apa yang mereka bicarakan pada konferensi pers hari itu.
Pertama adalah ketika mereka mengaku dipecat karena melakukan pelanggaran, kemudian kesempatan yang sama mereka mengungkapkan “kenapa mereka dipecat tapi nama dan nomor kita masih ada diwebsite, itu mengganggu saya”. Loh…loh… katanya mengganggu, kok malah menggunakan baju-baju Teman Ahok? Saran sih kalau merasa terganggu sekalian jangan pakai, kembalikan kepada Teman Ahok. Kemudian pakai baju hitam polos, biar keliatan berduka karena kecewa. Atau pada saat konferensi pers mereka buka baju itu depan wartawan dan akan mengembalikan kepada Teman Ahok (biar lebih mendramatisir). Ya kalau mereka mengaku baru dipecata saat konferensi pers juga ya, berikutnya jangan dipake lagi dong ya, masa dipake terus sampai tulisan ini saya bagikan
Kemudian mengenai tempat konferensi pers, sebagaimana telah ditanyakan oleh Teman Ahok bahwa untuk mengadakan diskusi di Dua Nyonya Kafe dikenakan biaya Rp75.000 per orang, yang disewa untuk 40-50 orang sehingga totalnya sebesar Rp3.750.00. lalu tanggapan Paulus bahwa uangnya dari PJ dan dari Paulus sendiri Rp1.500.000,-. Loh, katanya butuh “Mainan” dan uang makanya melakukan pelanggaran di Teman Ahok. Bisa aja sih bener dari Pj…bisa…bisa…bisa… tapi kan kata pengurus kafe bahwa memang café itu sudah dipesan sebelumnya.
Berikutnya mereka mengatakan bahwa mereka mengadakan acara itu atas inisiatif mereka, kemudian yang secacara khusus Richard mengatakan bahwa dia datang ke tempat secara dadakan atau spontanitas karena lagi kerja. Berarti bertentangan dong sama perkataan Junimart Girsang pada acara ILC di TvOne yang mengatakan akan ada kejutan 14 jam setelah dia ngomong. Bukan kah itu yang dimaksud junimart? Kan tidak ada lagi berita baru selain para mantan Teman Ahok. Yang bener mana nih? Spontanitas apa sudah disiapkan?
Terus kesimpulannya apa? “BERCERMINLAH SEBELUM EKSIS, TITIK DUA BINTANG”. (SH)