Mohon tunggu...
Sienway
Sienway Mohon Tunggu... Buruh - All right... Ok... Baiklah.. Terimakasih

Creating silent between words

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komentar untuk Tulisan Pak Onno W. Purbo, tentang Pemblokiran Situs

5 November 2016   08:50 Diperbarui: 5 November 2016   08:57 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya bukan  IT expert, bahkan sebenarnya saya termasuk IT Blind, jangankan mengerti UU ITE, baca aja baru sedikit dari tulisan Pak. Onno.  Saya tidak bermaksud lancang, apalagi kurang ajar………sebagai yang gak ngerti IT kok…bisa bisa nya kasih komentar…. Jadi mohon maaf sebelumnya kalo ada kata yang salah..

Karena merasa tergilitik, dan akhir ga tahan juga untuk nulis…. Saya cuma ingin komentar dari sisi yang lain, yang bukan ITE..

Tentang Pemblokiran Situs Sara, mengingatkan saya cerita salah satu guru saya ketika SMP.

Ceritanya, Pada jaman dahulu kala ada perahu besar yang sedang belayar di tengah samudra yang sangat luas dengan ratusan bahkan mendekati seribuan penumpang.

Suatu ketika perahu tersebut berada di tengah tengah samudra yang sangat jauh dari daratan. Salah satu  Juru kapal mendapat kan ada lubang di dasar Perahu. Dan ini dipastikan karena sabotase dari salah satu penumpang.  Air mengalir sangat deras kedalam kapal, dalam beberapa jam kapal bisa tenggelam bila tidak ada tindakan apa-apa.

Maka sang Juru Kapal melapor ke Nahkoda tentang kebocoran tersebut. Sang Nahkoda ini sangat taat dengan Buku Petunjuk Suci, untuk mengoperasikan kapal tersebut. Maka dicarilah pasal dan ayat-ayat untuk mengatasi lubang bocor tersebut.  Dan ternyata pasal yang didapat, Bila ada ada kebocororan dan air masuk, hal pertama yang harus dilakukan adalah MENCARI ORANG YANG MELUBANGI KAPAL tersebut. Maka Sang Nahkoda memerintahkan semua anak buah kapal, untuk mencari Pembuat Lubang tersebut, karena itu sesuai Buku Petunjuk Suci. Nahkoda itu berkata : “Kita tidak akan menutup lubang ini, sampai yang membuat lubang tertangkap. Lubang ini bukti kejahatan yang sangat kuat.”

Bahkan saran beberapa penumpang untuk mengeluarkan air kembali kelaut dan menutup lubang, ditolak Sang Nahkoda karena tidak SESUAI BUKU PETUNJUK SUCI.

Dan setelah beberapa lama setengah perahu sudah penuh terisi air, dan hampir tenggelam. Akhirnya Sang Nahkoda memerintahkan semua orang untuk mengeluarkan air kelaut. Tapi sayang karena sudah terlambat akhirnya perahu tenggelam. Dan menenggelamkan semua penumpang didalamnya.

Saya sendiri gak yakin apakah “analogi antara Perahu yang bocor dan pemblokiran Situs SARA” adalah analogi yang tepat.  Silakan pembaca sendiri yang menilai.

Berandai-andai saya jadi Nahkoda, yang saya lakukan adalah menutup lubang yang bocor itu terlebih dahulu, sekuat tenaga sebelum terlambat. Gak perduli dengan buku petunjuk suci..Yang penting semua penumpang selamat dulu, mencapai daratan terdekat. Walaupun didalamnya akan menyelamatkan juga pembuat lubang tersebut.

Salam Jakarta Damai.. Salam Indonesia Damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun