Pada festival danau toba tahun ini PLOt turut tampil sebagai pengisi acara budaya “ Opera Batak On The Moving” program ini dibuat untuk memperkanalkan kebali kesenian ini kepada masyarakat umum khususnya masyarakat batak, sebab cikal bakal Opera Batak lahir diSamorir tepatnya di Sitamiang lewat Tilhang Parhasapi.
Dalam Festival Danau Toba yang digelar mulai tanggal 08-14 September 2013 PLOt membawakan 6 Lakon Cerita, penampilanya cukup memukau penonton yang hadir dalam festival danau toba, hal itu tidak lepas dari sebuah kerinduan masyarakat akan kesenian tradisi batak yang cukup dikenal mulai tahun 20-an sampai tahun 80-an.
Diantara mereka banyak yang tertawa terbahak-bahak atas kelucuan pemain di atas panging dan menangis pada beberapa cerita yang di bawakan para pemain, meski telah membawa 6 cerita namun tak terasa juga, dan lakon terahir di tutup dengan cerita “legenda danau toba” lakon yang di bawakan oleh Nominanda Sagala yang berperan sebagai Sinondang Nauli cukup memukai penonton pada saat itu.
Cuplikan cerita tersebut merupakan bagian dari cerita “perempuan di pinggir danau” yang bakal di pentaskan dalam waktu dekat di Pematang Siantar dan Balige, cerita tersebut juga sudah di pernah dipentaskan di Medan Pada tanggal 30-31 Agustus dan menuai sukses mudah-mudahan pementasan yang bakal dilaksanakan di Pematang Siantar pada Tanggal 28 September dan di Balige 05 Oktober, harapannya kesuksesan di Medan juga akan membawa dampak positif akan pertunjukan yang bakal diadakan di Siantar dan Balige.
Setelah selesai mengisi acara di Festival beberapa dari tim PLOt bergegas ke pinggir Danau untuk melarung sirih ke danau, kegiatan ini dilakukan sebagai ucap syukur kepada alam, dan rasa terimaksih bahwa PLOt sudah mampu tetap bertahan sampai sekarang semenjak dibentuk Tahun 2005.
Melarung Sirih Danau merupakan sisi kearifan lokal yang sudah ada semenjak dulu, namun beberapa pihak membuat sterotif negative terjadap kegiatan tersebut , padahal jika dilihat dampak positif dari kegiatan melarung sirih danau mempunyai dampak yang signifikan terhadap kebersihan Danau, seperti kita ketahui bahwa Sirih mengadung zat yang dapat membunuh bakteri, sehingga akan sangat bermanfaat untuk danau untuk saat ini.
Seperti kita ketahui bahwa air danau toba sekitar tahun 80-an masih layak langsung di komsumsi, padahal kenyataannya sekarang kondisi air danau toba sudah tercemar. Dan tidak layak untuk di minim bahkan untuk mandi di beberapa titik di Danau Toba masyakat sudah takut sebab dapat mengakibatkan gatal-gatal.
Kondisi ini sekarang semakin parah akibat budidaya ikan kerambah yang di lakukan di danau toba, belum lagi pertenakan Babi dan limbah perhotelan yang terbuang ke Danau, pembabatan hutan yang berlangsung secara terus menerus membuat kondisi air danau semakin parah.
Masyakat tidak lagi mengargai alam, melarung sirih kedanau sebagai hal kecil demi melestarikan danau, sudah saatnya kita kembali memperhatikan danau Toba dan kembali melestarikanya.Setelah selesai melarung sirih, para anggota PLOt memakan Itak Gur-gur sebagai kearifan lokal yang harus tetap dijaga supaya bangsa kita tidak hilang identitas.
Horas…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H