Penyedia Wisata Lokal 'Tercekik' Oleh Oknum Platform Online Travel Agent (OTA) di Wilayah Bali
Liburan di Bali - Tidak akan pernah ada habisnya jika membicarakan destinasi wisata di Bali. Alam dan budaya merupakan dua hal yang menjadi daya tarik sehingga menarik banyak minat wisatawan. Bahkan, beberapa aktivitas wisata yang bersinggungan langsung dengan alam pun bisa dilakukan di sini . Seperti contoh bermain arung jeram atau motor All Terrain Vehicle (ATV) yang kini banyak diminati oleh para wisatawan.
Permainan arung jeram dan ATV ini memiliki peminat yang semakin meningkat karena dianggap aktivitas outdoor yang menantang dan seru. Bagaimana tidak? Seperti contoh permainan arung jeram yang membutuhkan kekompakan saat mendayung perahu karet agar seimbang dan sampai ke tujuan di tengah arus sungai yang deras. Selain itu, permainan motor ATV yang membutuhkan ketepatan dan kelincahan saat mengendarai motor tersebut agar tetap seimbang saat melewati jalan berlumpur dan menanjak. Kedua aktivitas ini pun saat ini telah banyak bisa ditemui di daerah Ubud, pemesanan secara langsung maupun melalui platform pemesanan tiket wisata atau online travel agent (OTA)
Saat ini kehadiran OTA menjadi hal yang sangat mempermudah bagi para pelancong untuk menemukan destinasi wisata yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pula bagi para pemilik bisnis yang berharap dengan adanya OTA ini dapat membantu pertumbuhan bisnisnya serta dapat mempertemukan mereka dengan para pelanggan. Sektor pariwisata pun menjadi hidup dengan adanya kerjasama ini, karena diharapkan dapat saling menguntungkan.
Benarkah OTA Membantu Pebisnis Lokal(?)
Lambat laun, sepertinya pemilik bisnis khusus nya penyedia jasa wisata di Bali harus lebih teliti dan cermat lagi saat akan melakukan kerjasama dengan OTA ini. Hal ini dikarenakan beberapa waktu belakangan beberapa pemilik penyedia jasa wisata di Bali mengeluhkan besarnya potongan yang diberikan oleh OTA kepada mereka. Tak terkecuali bagi mereka yang memiliki bisnis wisata olahraga seperti ATV dan arung jeram. Bila melihat harga di pasaran, untuk bermain ATV dengan pemesanan melalui OTA berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu, sedangkan untuk bermain arung jeram dijual dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu rupiah. Jika dihitung, ini merupakan angka yang tidak masuk akal, perawatan properti yang digunakan untuk melakukan arung jeram dan ATV sendiri, hitungan untuk para tim yang bertugas sebagai operator hingga kebutuhan untuk perawatan dan peremajaan lainnya, belum terhitung pengambilan margin untung bagi para pemilik bisnis ini tentu angka yang kecil.
Harapan saat bekerjasama dengan OTA dan menjadi pengusaha sukses sepertinya memang tidak diperuntukan bagi para penyedia jasa wisata yang masih berskala lokal, besarnya potongan serta menjual dengan harga murah ini menjadi merusak harga pasaran dan menghambat berkembangnya pebisnis. Namun, tak banyak yang bisa dilakukan oleh para pebisnis ini, karena banyak dari mereka yang tidak memiliki pemahaman lebih rinci bagaimana OTA ini berperan dalam bisnis mereka terlebih, mereka pun tidak memiliki 'power' untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka rasakan saat mereka sudah bekerja sama dengan pihak OTA.
Harga yang Tidak Sebanding
Keadaan saat ini, harga aktivitas ATV ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan harga tiket masuk untuk berkunjung ke hutan yang terkenal dengan 'rumah' bagi para primata. Memang terdengar tidak 'apple to apple' tapi justru di titik inilah yang menjadi ironi. Mengapa dua entitas yang berbeda ini memiliki harga yang tidak berbeda jauh padahal jika dideskripsikan lebih detail kedua tempat ini, tentu saja kegiatan ATV dan arung jeram lebih banyak membutuhkan biaya untuk operasional dan biaya karena melibatkan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA).
Kembali ke peran OTA yang berada di tengah-tengah supply dan demand di sektor wisata Bali. Ini terasa menguntungkan bagi para konsumen namun 'mencekik' para penyedia jasa secara perlahan namun pasti. Bila keadaan seperti ini terus dibiarkan, apakah ada yang bisa menjamin bahwa pengusaha lokal ini dapat terus bertahan dan berkembang dengan pesat? Pertanyaan ini pun perlu dijawab dengan cara yang diplomatis agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Oleh karena itu, penting bagi para wisatawan untuk mulai cermat dalam memilih platform OTA agar hal ini tidak semakin pelik.
#saveKaryaLOKal #KaryaLOKal #tolakOTAasing #monopoliOTA #wisatalokalbersuara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H