Mohon tunggu...
Mochamad Sidiq Waluyo Jati
Mochamad Sidiq Waluyo Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Industrial Engineering Student of University of Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Prospek Energi di Tengah Konflik Dunia yang Memanas

5 Maret 2022   23:50 Diperbarui: 6 Maret 2022   00:07 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pada saat ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak kejadian-kejadian yang sedang berlangsung pula di penjuru pelosok bumi. Seperti yang sedang hot saat ini, yaitu invasi Rusia terhadap Ukraina. Invasi Rusia terhadap Ukraina tidak hanya berdampak pada sector hubungan bilateral antara kedua negara tersebut, namun juga memberikan imbas yang cukup krusial terhadap berbagai sector yang lain. Salah satu sector yang terdampak dari peristiwa ini adalah sector energi yang mana ditunjukkan dengan adanya krisis energi yang probabilitasnya kian meningkat seiring dengan terjadinya eskalasi ketegangan antara Rusia dengan Ukraina. Kemungkinan ini sendiri sejatinya berdasar pada fakta bahwa Rusia yang menjadi salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Rusia sendiri kemudian mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat dan sekutunya yang mana telah membatasi pergerakan dan dinamika sistem keuangan Rusia. Berangkat dari hal ini, kita tahu bahwa dengan bermasalahnya hubungan antar negara-negara dapat berimbas terhadap berbagai sector, contohnya sumber daya dalam sector energi.

Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki bentang alam yang sangat luas dan sungguh berpotensi terhadap keberlangsungan makhluk hidup. Indonesia yang berada di kawasan yang dilewati oleh garis khatulistiwa, memilki tingkat iradiasi matahari yang cukup tinggi. Ini juga berpengaruh terhadap berkembangnya energi terbarukan di Indonesia, contohnya seperti solar panel atau panel surya. Indonesia merupakan negara tropis yang akan selalu memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Kondisi alami ini tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber energi, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang terus dikembangkan di Indonesia.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sedang digembor-gemborkan pemerintah akhir-akhir contohnya yaitu Solar PV atau Photovoltaics. Solar PV adalah photovoltaic system yang memanfaatkan atap dari rumah atau bagian atas penutup bangunan komersial untuk lokasi pemasangan panel surya. Sistem ini lebih kecil dan ringkas dibandingkan dengan pemasangan Ground-Mounted PV system seperti PLTS umumnya. Pemasangan rooftop panel juga semakin mudah dan murah seiring dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Melihat pasar dan kebutuhan masyarakat dan juga para pemangku kebijakan, masyarakat semakin familiar dengan pemasangan solar PV.

Cara kerja dari panel surya pun juga sederhana, yaitu ketika sel surya menyerap cahaya, maka terdapat pergerakan antara elektron di sisi positif dan negatif. Adanya pergerakan ini menciptakan arus listrik sehingga dapat digunakan sebagai energi alat-alat elektronik. Lebih detilnya, energi matahari membawa foton yang bisa dipecah menjadi ion positif dan ion negatif. Ion negatif ini akan bergerak menuju lapisan negatif yang ada di sel surya, dan begitu pula sebaliknya dengan ion positif. Nah, ion negatif akan bergerak menuju ion positif melewati beberapa lapisan. Pergerakan inilah yang menciptakan arus listrik. Semakin banyak sel surya yang terpasang, semakin besar pula voltase maupun arus yang dihasilkan. Oleh karena itu pemasangan panel surya juga disusun berdasarkan kebutuhan listrik khususnya dalam rumah tangga.

Dengan berkembangnya isu energy baru terbarukan atau energy bersih, para perusahaan yang bergerak di bidang energy, khususnya energi panel surya, telah menjamur di kalangan umum. Pemasangan dari panel surya pun tidak terlalu rumit dan cenderung mudah. Komponen panel dengan tenaga surya kini menjadi salah satu sumber energi yang bernilai dan lebih banyak dicari sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kini semakin kritis. Dengan harga yang cukup terjangkau, kini permintaan di pasaran semakin meningkat. Hal ini menjadi bukti teknologi panel surya salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat dan menjadi teknologi terbarukan yang mulai booming di semua tempat termasuk di Indonesia.

Komponen utama dari panel surya atau solar panel yaitu modul surya photovoltaic (PV), inverter, dan baterai. Yang pertama ialah modul surya photovoltaic (PV) merupakan perangkat yang mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Penggunaan modul PV menjadi semakin populer dari waktu ke waktu. Pada kondisi tertentu, modul PV dapat mengalami gangguan. Salah satu gangguan dalam penggunaan modul PV adalah shading. Yang kedua ialah inverter merupakan perangkat elektronik yang mengonversikan arus searah alias DC dari baterai atau panel surya ke arus bolak-balik atau AC. Cara paling dasar untuk menarik tenaga listrik dari baterai adalah arus searah (DC) pada tegangan nominal baterai. Dan yang ketiga ialah baterai merupakan komponen yang listrik yang dihasilkan panel surya bisa langsung disalurkan ke perangkat elektronik atau bisa disimpan untuk digunakan kemudian. Jika energi listrik yang dihasilkan disimpan, maka dibutuhkan baterai sebagai tempat penyimpanan listrik yang dihasilkan dari panel surya. Kapasitas baterai yang digunakan dalam sebuah sistem PLTS sangat tergantung dengan kebutuhan dan penghitungan awal yang diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun