Prinsip utama dalam perang adalah menang. Namun, perang modern dan nuklirnya membuat kita berpikir ulang untuk berperang. Akhir dari perang nuklir adalah kehancuran, tidak lebih. Jadi, perlunya negara-negara di Semenanjung Korea untuk menahan diri dan tidak saling memprovokasi adalah kunci memenangkan permainan "kompetisi nuklir". Ketika tidak ada ancaman bagi satu sama lain, maka dengan sendirinya ancaman itu terdegradasi. Namun, ini cenderung idealis, kenyataannya, cara pandang destruktif memang paling realistis menaikan daya tawar negara dihadapan mekanisme sistem kapitalistik yang menindas negara-negara kecil dan lemah. Apalagi kepentingan negara besar, yang secara kemampuan, turut serta dalam mengintervensi banyak hal, tidak sedikitpun turut serta menjadi juru damai justru menjadi api pemantik yang merongrong kedaulatan negara. Tidak heran, Samuel Huntington dalam karyanya, "The Clash of Civilizations: and the Remaking of World Order", menjelaskan bahwa untuk mencegah konflik negara-negara, maka pemain utama mestilah berhenti dan menyelesaikan sendiri masalahnya, dan negara sekunder-tersier tidak boleh turut campur di dalamnya.
      Penguatan NPT dan sanksi internasional dirasa tidak efektif. Justru kehadiran PBB dan USA selalu dipandang sebagai wujud hegemoni, neo-kolonialisme dan imperialisme yang menindas. Satu-satunya cara menghadapi hegemon adalah memantaskan diri, baik pengaruh maupun kekuatan. Lalu, bagaimana menghindari ancaman nuklir dan mewujudkan perdamaian dunia. Inilah pesan yang hendak disampaikan Korut terhadap segala tindakan intervensi provokatif Amerika di Semenanjung Korea bersama sekutu dekatnya, Jepang dan Korsel. Bila negara-negara Semenanjung Korea mengedepankan kepala dingin dalam bersikap dan merespons, tanpa dilandasi ketakutan satu sama lain dan menjauhkan potensi ancaman atas hegemoni pemain besar, potensi konflik dapat dielakkan. Bahkan, prinsip meredam ancaman perang nuklir ini sesuai dengan prinsip dtente, yaitu relaksasi guna meredam ketegangan politik. Bila diperlukan, negara-negara di Semenanjung Korea membentuk aliansi transnasional yang saling menguntungkan dan membangun guna menjalin persahabatan lintas negara dan menghindari prinsip superior-inferior.
      Dengan begitu, alih-alih membicarakan perdamaian dunia sebagai akibat dari ancaman nuklir di Semenanjung Korea, pernyataan "perdamaian di Semenanjung Korea" lebih penting. Ketika negara kawasan menahan diri dan bijak untuk tidak saling memprovokasi atau tersulut emosi, seperti mengundang pihak asing ke dalam konflik internal, itu lebih baik daripada melihat semua ini sebagai ancaman satu sama lain yang harus selalu direspons agresif. Dengan begitu, sebuah tantangan utama dalam permainan ini adalah siapa pemain yang lebih bijak menghadapi situasi, ialah pemenangnya. Cara pandang yang lebih damai bukanlah dosa, namun tantangan untuk diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Antara. (2024, Juli 2). Korut Uji Coba Rudal Baru untuk Hulu Ledak Super Besar. Diakses dari www.antaranews.com: https://www.antaranews.com/berita/4177647/korut-uji-coba-rudal-baru-untuk-hulu-ledak-super-besar
Fouse, D. (2004). Japan's Post-Cold War North Korea Policy: Hedging Toward Autonomy? Honolulu: Asia-Pacific Center for Security Studies.
Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of New World Order. New York: Simon & Schuster Inc.
Jackson, R., & Sorensen, G. (2021). Pengantar Studi Hubungan Internasional. (D. Suryadipura, & P. Suyatiman, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
KBS World Radio. (2024, September 5). Catatan tentang Nuklir dan Rudal Korea Utara. Diakses dari world.kbs.co.kr: https://world.kbs.co.kr/special/northkorea/contents/history/nucleus_history.htm?lang=i
News.detik.com. (2024, Mei 31). Korut Luncurkan 18 Rudal Balistik, Peringatan untuk Korsel! Diakses dari news.detik.com: https://news.detik.com/internasional/d-7367767/korut-luncurkan-18-rudal-balistik-peringatan-untuk-korsel
Peters, R., Anderson, J., & Menke, H. (2018). Deterrence in the 21st Century: Integrating Nuclear and Conventional Force. Strategic Studies Quarterly, 15-43.