Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Itu Hebat, Teroris Itu Jahat

28 Maret 2021   09:27 Diperbarui: 28 Maret 2021   09:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlokasi di daerah Deli Serdang Sumatera Utara, beberapa anggota Densus 88 bergerak senyap menuju ke sebuah gudang yang mencurigakan. Mereka mempunyai sebuah petunjuk kuat, bahwa dilokasi itu terdapat anggota kelompok teroris. Bagaikan seperti burung hantu, anggota Densus 88 masuk secara mendadak dan menyergap penghuni di dalamnya, apa yang terdapat di dalam Gudang tersebut membuat semua orang tercengang. 

Terdapat 500 buah kotak amal yang biasanya disebar di setiap jalan, kemudian ada di minimarket dan dibawa keliling oleh beberapa orang. Temuan ini hampir persis sama, seperti yang didapatkan anggota Densus 88 di Tanjung Balai, yang juga terdapat brosur untuk donasi di dalamnya. 

Tanpa kita semua sadari, ketika kita dihampiri oleh seseorang dengan membawa sebuah kotak amal atau amplop putih untuk diisi, serta tanpa kita ketahui sebenarnya uang yang kita sumbangkan untuk siapa? Jika kita tidak jelih dalam memberikan amal yang belum jelas pengelolanya maka sebenarnya kita semua sudah menyumbangkan uang tersebut untuk kegiatan pelaku teroris. 

Kegiatan pendanaan para teroris itu, selalu membawa-bawa nama pesantren, rumah yatim, sekolah penghafal Al-Quran dan masih banyak yang lainnya. Yang tentu saja keberadaannya entah ada dimana kita juga tidak mengetahuinya, mereka menggunakan simbol agama untuk mengetuk "Kepedulian" orang-orang, janji-janji seperti Surga selalu mereka lampirkan di dalam selembaran brosur, lengkap dengan hadist dan ayat-ayatnya untuk memperkuat klaim mereka. 

Seperti biasanya banyak diantara kita ini, ketika hendak beramal yang berhubungan dengan agama langsung tidak mau mengkonfirmasinya kembali. "Ah, yang penting saya sudah sedekah, mau digunakan apapun itu bukan urusan saya lagi". Begitulah ucapnya, padahal yang dimaksud "Sedekah" kelompok teroris itu digunakan untuk membuat bom bunuh diri, memperkuat pasukan mereka, bahkan untuk merekrut dan melatih kader muda para teroris tersebut. 

Kita juga tanpa sadari bersama, bahwa hal sepele tersebut menjadi bentuk dukungan kita terhadap bagian dari kelompok teroris mereka berkembang. Sementara itu, tanpa kita sadari bersama bahwa kita tidak pernah bersedekah untuk orang-orang terdekat yang benar-benar kita sudah mengenalnya. Seperti halnya saudara kandung kita, teman dekat kita, bahkan tetangga samping rumah kita sekalipun yang mungkin lebih membutuhkan bantuan di depan mata kita. 

Orang yang membutuhkan di depan mata kita tersebut, mereka meminta sedekah bukan dengan menjual ayat atau hadist agama, tetapi benar-benar terdesak karena membutuhkan. Pesan moral dari tulisan ini adalah mulailah tanamkan kepedulian kita sekarang juga, bantulah anggota Densus 88 menghajar kelompok teroris itu. Cara sederhana yang bisa kita lakukan, jangan pernah memberikan donasi, sumbangan, sedekah atau apapun bentuknya dari penghimpun amal yang tidak kita kenal. 

Apalagi kalau kita tidak tahu dimana lokasi tempat uang itu digunakan, peruntukannya seperti apa, disalurkannya kemana, bahkan laporan pertanggungjawaban dari penggunaan uang amal tersebut tidak ada. Saya rasa, cara sederhana ini saja sudah cukup membantu melawan terorisme di negeri ini, karena jika tidak ada dana yang masuk dari penghimpun amal yang mereka sebar, maka dapat dipastikan kegiatan mereka tidak akan tumbuh subur seperti ISIS. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun