Mohon tunggu...
SIDARMAN REN
SIDARMAN REN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Siapa saya?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Harus Totaliter, Fasis dan Komunis Pak?

7 Agustus 2014   16:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Harus Totaliter, Fasis dan Komunis Pak?

Bapak Prabowo Subianto, calon presiden yang terhormat, terima kasih atas istilah Totaliter, Fasis dan komunis yang bapak kenalkan di sidang MK kemarin. Walau saya tidak begitu mengerti artinya (bukan pennganut faham itu), tapi ungkapan itu pasti keluar dari dalam hati bapak. Ungkapkan ini bapak keluarkan mungkin karena kesal karena tidak mendapat suara (pemilih) di beberapa daerah di Papua kan? Tapi bapak pasti tahu kalau Papua, masih bagian dari Indonesia dengan Pancasilanya kan? Bukan Totaliter, Fasis apalagi komunis seperti yang bapak katakan itu.

Bapak kan mengaku pernah bertugas di Papua sana. Harusnya bapak sudah mengenal budaya dan adat istiadat Papua.Kenapa waktu bapak di sana, tidak belajar adat noken? Atau saat di sana bapak sibuk melakukan sesuatu dan menganggap orang dan budaya Papua tidak perlu dipelajari dan di pahami.

Mungkin bapak lupa kalau tahun 2009 lalu, Mahkamah Konstitusi sudah mensahkan pemilu yang memakai system noken ini. Bapak bisa buka lagi berkas MK. Ini nomornya: Putusan MK 47-48/PHPU.A-VI/2009 tertanggal 9 Juni 2009. Sejak 2009, tidak ada yang mempersoalkannya. Termasuk saat pemilihan legislatif kemarin, dimana kader-kader partai pendukung bapak ada di sana. Atau putusan ini bapak mau gugat juga?

Kalau prihatin dengan persoalan di Papua, kenapa baru sekarang bapak ungkapkan. Itupun setelah bapak tidak menang di sana? Kalau bapak pernah bertugas di sana, kenapa bapak tidak ribut dan memperkarakan pemerintah waktu rakyat Papua kelaparan? Kenapa bapak tidak menggugat pemerintah saat orang miskin di sana makin bertambah di tengah sumber daya alamnya yang melimpah? Kemana bapak mantan jenderal saat bentrokan bersenjata yang memakan korban sipil dan militer masih berjatuhan di sana? Atau bapak hanya mengingat Papua “ada” saat suara anda hilang di sana?

Dengan bantuan ratusan pengacara hebat dan para politisi unggul yang ada di belakang bapak, pasti bisa melakukannya. Saya yakin itu.

Bapak calon presiden, cukup sudah bahasa atau istilah yang mendeskriditkan Papua. Toh orang yang mendukung bapak di sana juga banyak. Bapak juga kan pernah berjanji membuat Indonesia (termasuk Papua) menjadi hebat. Mudah-mudahan bapak segera sadar dengan kekhilafan kemarin. Itu juga kalau bapak adalah seorang negarawan. Semoga…!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun