Mohon tunggu...
Sibro Mulis
Sibro Mulis Mohon Tunggu... -

think to do the best....!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Saat Anak Menjadi Kambing Hitam

22 Oktober 2014   20:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangisan anak kecil di suatu malam membuat diriku terjaga seakan suara tersebut sangat familiar, sehingga secara otomatis tubuhku merespon untuk segera melihat apa yang terjadi. Setelah kurasa bahwa diriku sudah mampu untuk bangun, secara perlahan kucoba untuk melangkah mendekati sumber suara tersebut. Dengan kesadaran yang masih belum pulih sepenuhnya kubuka pintu kamar kostku. Alangkah kagetnya ketika melihat seonggok tubuh mungil terdampar tepat didepan pintu. Segera kuambil dan kubawa anak kecil tersebut ke dalam karena takut dia sakit karena pada waktu itu suhunya bisa dikatakan sangat dingin.

Rasa takut mengalir deras ketika harus memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk bayi malang tersebut. Dengan cepat aku membawa bayi tersebut kedalam kamar, dan kulihat wajah yang masih bersih dan matanya yang bening menandakan bahwa dirinya masih putih dari hitamnya dosa. Saat kugendong dia mulai terdiam dan sesekali menggeliat seakan dirinya sudah merasa aman sekarang. Ya Allah, bantulah hamba dan apa yang harus hamba lakukan dengan bayi ini. diriku tatega melihatnya bila harus membawanya ke tempat panti asuhan.

Diatas adalah curahan hati dari temanku yang saat ini masih menduduki semester 5 di bangku kuliah. Inti dari sepenggal cerita diatas adalah betapa masih banyak orang yang tega membuang anak kandungnya sendiri. Apakah hanya anak tersebut adalah hasil dari perbuatan zina sehingga anak tersebut harus mengalami keadaan yang tak seharusnya dia rasakan. Sejelek-jeleknya kucing, dia tidak akan tega membuang anaknya sendiri. Bukankah berarti masih lebih mempunyai perasaan kucing daripada manusia. Inilah yang sekarang fakta yang masih sering terjadi dikalangan kita, dan kita tidak bisa memungkiri akan hal itu. Jadi, sekali lagi jangan pernah anda sampai melakukan hal yang serupa. Anak bukanlah hal yang patut kita salahkan atas apa yang telah terjadi, karena anak adalah adalah anugerah yang diberikan oleh Allah.dan kita patut menjaga anugerah sekaligus menjadi amanah dari Tuhan yang dititipkan kepada kita.

~SEKIAN, THANKS~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun