Dengan acuan dukungan partai politik yang cukup banyak (lihat kursi, jangan kursi makan atau kursi goyang, tapi kursi DPRD) harusnya Pilkada DKI Jakarta menjadi mudah untuk di menangkan Ahok pada putaran pertama. dan benyu sebut tidak perlu putaran kedua. tapi kenapa oh kenapa itu tidak terjadi. benyu sudah tulis pada artikel yang lalu-lalu jika penyebabnya ada beberapa hal.
1. Djarot tidak Qualifield
2. PDIP dua kaki dan mulai Sombong.
3. Lho kok tidak ada Ahoknya? nanti di bawah.huhahuha.
Benyu sebenarnya gak enak nih mau nulis ini, tapi berhubung artikel Bung Yon sangat menarik untuk di ulas, jadinya terpaksa deh. sebenarnya benyu sudah lama ingin mengatakan dan bertanya, "kenapa PDIP memasangkan Djarot dengan Ahok.? tapi benyu yakin publik relations akan menjawab "karena pilihan PDIP." tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Koalisi PDIP, Golkar, Hanura dan Nasdem harus memperjuangkan. benyu sarankan, jalankan mesin parpol dengan baik. karena ini harapan satu-satunya untuk pasangan ini. PPP gak ngaruh."thats it.
Tentang peci sebelumnya benyu garis miring dulu // untuk pemecian ini sudah biasa di lakukan untuk sebuah pesona di manapun dan oleh siapapun tokoh politik di saat dia akan maju dalam Pilkada atau Pilkada dan pil KB. terkecuali hanya orang-orang yang memang sudah berpeci sebelumnya, bisa di lihat kok dengan mudah.// jadi ini jelas, kalau si Djarot mendadak peci itu biasa. kalau gak percaya nanti lihat saja Pilpres 2019, pasti peci itu akan di pakai lagi.
Bung Yon mengatakan Cagub di "simpan" dan Djarot di majukan dengan mendekati barisan Islami. benyu bilang ini bisa menjadi blunder jika di satu sisi partai penopangnya (PDIP) tidak ikut serta dalam sosialisasi Islami. jika salah satu atau salah dua tiganya ada elit yang mau ikutan Djarot untuk memakai "peci" baru mendingan. tapi kan PDIP Nasionalis. gimana dong, ya lakukan saja dengan serelanya, toh cuma satu dua tiganya saja, tidak harus semua. lihat Golkar yang sudah terlebih dulu "agak-agak" religius (mesin parpol), dan ini sah lho. Namanya strategi politik itu apa saja boleh di lakukan dan sah kita terima nikahnya."
Jadi di sini Djarot di apa-apain juga, kalau bahasa Bung Yon di "Poles" tetep aja maaf, Djarot tidak qualifield, siapa Djarot? Beliau datang ke Jakarta dengan modal menggantikan Ahok karena Jokowi naik. jadi seperti benyu bilang di atas, nasi sudah jadi bubur, gerakan mesin partai politik dengan maksimal. belum ada Ahoknya ya, nanti ya di bawah."
Nah ini ada Ahoknya nih, huhahuha..." PDIP dua kaki dan mulai sombong. pertama. Di saat ada kasus dugaan penistaan Agama yang di lakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) PDIP tidak langsung bergerak membela Ahok. justru yang terdepan dan paling pertama membela adalah Nusron yang notabene bukan apa-apa. selanjutnya Ruhut yang juga bukan siapa-siapa. barulah oh barulah setelah Jokowi bersafari keliling dan di rasa sudah aman dan tenteram, barulah elit PDIP "nongol." apa ini gak bisa di sebut dua kaki?
PDIP mulai sombong mas, padahal katanya partai wong cilik." itu kata tukang ojek online di kompleks benyu, kenapa ada komentar begitu? benyu tanyakan kembali, apa argumentasinya kok mengatakan PDIP mulai sombong. ia hanya menjawab "mas rasakan saja sendiri dan banyak baca mas" kalau yang ini benyu tidak bisa banyak komentar, karena soal rasa tentu semua berbeda, kadang benyu suka kopi luwak dan ia tidak suka.tapi kalau nyuruh benyu baca, hemmmm,.." baiklah oh baiklah.
Nah ini ada Ahoknya juga," Dugaan penistaan atau penodaan Agama yang saat ini melanda Ahok dan sudah memasuki sidang ke belas-belas tidak akan mempengaruhi suara Ahok. lho kok bisa, nah lho, begini penjelasanya. "berapa persen sih orang yang religius di DKI Jakarta.? ini Pilkada Jakarta, bukan Pilkada Indonesia." Â ada yang mengatakan jika orang Islam walaupun tidak taat beribadah tapi jika Agamanya di hina dia akan tersinggung." masa,?? yang benar. gak percaya benyu. Lihat saja nanti, bukan Ahok yang membuat mereka harus menjalani putaran kedua,huhahuha..