Jangan membuat aku berjalan ketika aku ingin terbang
-Galina Dolva, Pendidikan Inspirasional Kerajaan Inggris -
Kita semua rentan. Baik menjadi korban ataupun pelaku dari kenyataan-kenyataan hidup yang sudah mulai bergeser dari keteraturan yang kita buat sendiri. Itu artinya, PANCASILA yang dulu kita sepakati bersama kemungkinan akan hilang atau menyublim maknanya hanya sebatas simbol burung GARUDA yang teronggok kaku.
Pengalaman paling dekat, ketika kita membuka 200 halaman manual pelatihan mungkin adalah pengalaman yang menakutkan. Banyak orang-orang gagal sebelum memulai ‘pembelajaran’ yang sebenarnya karena merasa apa yang sedang dilakukan sangat membebani.
Untuk bisa mengatasi ini dengan memecah-mecah secara sadar apa yang sedang tengah dipahami ke dalam bagian-bagian kecil ‘berukuran informasi’.
Dengan mengunyah informasi bagian-per-bagian, kita mengalami orang-orang seperti ini akan mengalami sekian sukses kecil yang berkesinambungan. Tanpa tekanan mental.
Motivasi dan kepercayaan diri akan tetap tinggi.
Sebagai contoh, ketika kita ingin mempelajari suatu bahasa asing, tentu tidak sulit meguasai 10 kata setiap hari. Jumlah itu kelihatannya sedikit, namun dalam jangka setahun, kita akan menguasai 3.650 kata. Jumlah yang cukup banyak untuk mengantarkan kita pada suatu tingkat kecakapan tertentu dalam bahasa pilihan kita tersebut.
Seperti halnya ketika aktivis turun ke jalan, menyuarakan semua hal-hal yang sudah tak sejalan lagi dengan PANCASILA yang tak dijalankan dengan relevan, atau seorang jurnalis investigasi yang independen yang selalu menuliskan ‘kebenaran adalah kebenaran’ tanpa embel-embel white lies agar terdengar santun bagi pembacanya. Bahkan perempuan yang notabene menjadi sumber kekuatan naturalis yang paling mampu bertahan di jagat raya ini.
Teruslah bertanya, ketika kita mendapatkan jawaban. Maka jawaban itu sangat berarti dan dapat diingat, karena secara langsung berhubungan dengan isu-isu yang telah kita angkat secara personal.
Anda akan tetap tertarik pada materi subjek yang bersangkutan ketika sedang mencari dan menemukan jawaban.
Salah satu hal yang pertama diajarkan setiap wartawan/jurnalis adalah 5W+1H. Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Mengapa, Bagaimana.
Mempertanyakan terus apa yang belum kita ketahui membuat kita tetap fokus. Mengajukan pertanyaan-pertanyaa juga merupakan kunci bagi pertumbuhan diri terus-menerus.
Menjadi seorang aktivis, sekaligus jurnalis investigasi, dengan balutan perempuan merupakan hal yang paling menyenangkan. Dan embel-embel kata pemuda menjadi satu benang merah yang cukup menarik.
Ada banyak peran yang sering kita temui seperti ini di sekitar kita.
Pemuda, identik dengan satu fase “ketololan” yang menjelma menjadi suatu kobaran energi. Pemuda tak akan menjadi konyol jika menyalak-nyalak dengan gaya bahasa yang begitu ‘menendang’ para tetua yang tak mumpuni. Para tetua arif diam-diam merasa ditampar-tampar. Harusnya, para tetua yang bijaksana mampu memberikan motivasi dengan santun terhadap percikan obor kecil generasi-generasi baru. Hidupkan apinya, nyalakan obornya!
Ketika diksi “Aktivis = pejuang, Jurnalis investigasi = pejuang yang menulis kebenaran, dan sosok Perempuan = sifat-sifat lembut seperti kasih sayang dan cinta kepada orang-orang disekitarnya tanpa pamrih” digabungkan menjadi satu.
Kita bisa membayangkan sosok generasi seperti ini. Generasi pemuda dengan balutan zaman teknologi informasi yang begitu pesat. Merekam sosok pemuda ini, apakah ya? Dia itu Anda?! Salah satu diantara dari kita?
Sumber Inspirasi: Noriyu
Sumber gambar: Google
With Love,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H