Mohon tunggu...
Siauw Tiong Djin
Siauw Tiong Djin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pemerhati Politik Indonesia

Siauw Tiong Djin adalah pemerhati politik Indonesia. Ia bermukim di Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bang Ade Armando dan Pergerakan Indonesia Untuk Semua (PIS)

13 April 2022   15:34 Diperbarui: 17 April 2022   17:03 2708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa aksi di depan gerbang Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2022) menjelang sore. (Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI) 

Salah satu program PIS mengetengahkan konsepsi bahwa suku Tionghoa--dengan latar belakang etnisitas dan kebudayaannya--merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia.

Sebagai seorang Indonesia Tionghoa yang mendukung paham multikulturalisme dan pluralisme, dengan sendirinya saya menerima dasar dan program kerja PIS dan mengajak sebanyak mungkin orang yang mencintai Indonesia untuk mendukungnya pula.

Kejadian yang menimpa Bang Ade pada 11 April yang lalu dan pembicaraan saya dengan beberapa teman baik, mendorong saya untuk menulis berbagai ajakan untuk dipertimbangkan:

1. Hendaknya para penggiat yang bergabung dalam kelompok PIS dan Cokro TV lebih bersikap hati-hati dan waspada ketika berada di lokasi-lokasi di mana berada kelompok-kelompok yang menentang pandangan mereka.

Saya yakin para tokoh yang merasa dimusuhi kalian akan terus menerus mencari jalan untuk menghancurkan gerakan kalian, baik dengan cara halus maupun kasar.

2. Timbul pertanyaan dalam benak saya dan terus terang ini cukup lama mengganggu saya: Apakah bijaksana meneruskan penggunaan istilah “kadrun”?

Pertanyaan ini bukan membenarkan tindakan keji kelompok orang yang menganiaya bang Ade. Sikap saya terhadap mereka jelas.

Akan tetapi para pendukung Bang Ade segera meng-kategorikan kelompok orang tersebut sebagai “kadrun” yang jelas mengandung definisi tertentu.

Saya menganggap istilah “kadrun” mengandung konotasi rasis – karena secara langsung berhubungan dengan Arab.

Saya mengerti bahwa istilah ini lahir karena adanya berbagai kelompok orang yang mengagungkan kebudayaan Arab, berjubah putih dan menganggap kemurnian Islam sinonim dengan konsepsi Islam yang dipatuhi oleh gerakan Islam radikal/ekstrim di Timur Tengah, yang kerap dihubungkan dengan ISIS.

Kalau memang istilah “kadrun” mengandung konotasi rasisme (seperti misalnya istilah Cina Loleng), menurut saya, sebaiknya penggunaannya dihentikan. Kalau tidak, barisan yang ingin dibangun oleh kelompok Bang Ade dkk akan mendorong banyak orang merasa dirinya pengikut Islam murni, apapun definisinya, termasuk mereka yang moderat, untuk bukan saja tidak mendukung, tetapi ikut memusuhinya. Banyak istilah lain yang bisa dipergunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun