Mohon tunggu...
Anna Pratiwi
Anna Pratiwi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengangkut Pasir yang Jadi Panglima TNI

12 Oktober 2016   11:06 Diperbarui: 12 Oktober 2016   11:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Si bungsu dari 12 bersaudara anak petani di Desa Pesing, Kediri menorehkan namanya dalam tinta emas perjalanan bangsa Indonesia. Sosok pekerja keras dan disipilin sejak kecil itu, pernah menduduki jabatan penting dalam dunia militer Indonesia, yakni Panglima TNI. Jenderal (purn) TNI Dr. Moeldoko namanya, pria kelahiran Kediri, Jawa Timur 59 yang lalu (8 Juli 1957).

Pria yang telah memasuki usia pensiun ini menjabatat Panglima TNI dari tahun 2013 sampai dengan Juli 2015. Selama menjabat telah banyak prestasi yang ditorehkannya, dia juga bukan tipikal pimpinan yang hanya suka berada dibelakang meja. Dia selalu turun kelapangan memantau langsung kinerja prajurit yang dipimpinnya, bahkan saat terjadi bencana seperti hilangnya pesawat Air Asia, Moeldoko langsung memimpin operasi pencarian.

Terpilihnya Moeldoko menjadi Panglima TNI sebenarnya tidaklah mengherankan, karena sosok ini telah menunjukkan kehebatannya saat masih dalam pendidikan. Moeldoko meraih lulusan terbaik Akabri 1981 dengan penghargaan Adhi Makayasa- Tri Sakti Wiratama. Terbaik di Seskoad dia juga menjadi tahun 1995, Sesko TNI terbaik tahun 2001, Susstrat Perang Semesta Terbaik 2007 dan Lemhannas PPRA XLII terbaik pada tahun 2007.

Asal kerja keras, disiplin dan rajin ibadah, mimpi setinggi apapun bisa dicapai. Itu kata yang tepat mewakili seorang Moeldoko, sejak kecil dirinya sudah dihadapkan kepada tantangan. Mulai dari kondisi ekonomi keluarga yang sederhana, jarak tempuh ke sekolah yang jauh. Tapi Suami dari Koesni Harningsih ini melaluinya dengan kemajuan keras dan tekad yang kuat.

Moeldoko percaya bahwa kepemimpinan seseorang terletak pada kemampuan mempengaruhi bawahan untuk melaksanakan apa yang diinginkan sang pemimpin. Bukan terletak pada kekuasaan yang dimiliki sang pemimpin.

Bagi Moeldoko, human-relation merupakan kunci keberhasilan seorang pemimpin. Pendekatan huma relation akan melahirkan solidaritas. Dan solidaritas akan menghasilkan kohevitas, dan kohevitas memacu produktivitas. Prinsip itulah yang dipegang oleh Moeldoko saat mendapat kerpercayaan memimpin posisi apapun.

Ayah dari Randy Bimantoro dan Joanina Rachma ini sejak kecil sudah dibiasakan puasa Senin dan Kamis oleh keluarga. Saat teman sejawat pulang sekolah bisa bermain dengan riang, Moeldoko kecil sibuk dengan pasir dan batu. Bukan untuk bermain, tapi mengangkat dari sungai buat material proyek Plengsengan Ploso-Braan, Kabupaten Kediri.

Sejak kecil Moeldoko bukan termasuk anak manja, dia oleh orangtuanya Moestaman dan  Hj Masfuah untuk menjadi sosok yang pekerja keras, dan cekatan. Namun, Moeldoko kecil tidak kehilangan kebahagiaan. Dia tetap bisa menyalurkan hobinya bermain bola dilapangan belakang rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun