Mohon tunggu...
Siana Ria
Siana Ria Mohon Tunggu... -

senang tulis menulis, memasak, dan baca buku. ingin menularkan virus "kesederhanaan hidup" yg berpusat pd diri sendiri dgn mensyukuri segala kekurangan dan kelebihdannya sampai selalu berbahagia sepanjang waktu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Biasa-Biasa Seumur Hidup

8 Agustus 2011   22:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagaiman Menghabiskan Puluhan Tahun ke Depan?

Pertanyaanya berikutnya adalah apa yang akan kau lakukan untuk menghabiskan 10, 20, atau 50 tahun kedepan dengan keadaan yang mungkin tidak berubah banyak (baca: biasa-biasa saja). Jika kau pun mengisinya dengan kegiatan yang biasa-biasa saja, maka akan membuat hidup sangat menjemukan dan terjebak dalam rutinitas. Setiap orang memiliki 24 jam yang sama namun belum tentu memiliki jumlah hari yang sama. Jadi pergunakanlah semua modal waktu yang kau miliki untuk berbuat ”hal luar biasa” dalam hidup yang nampaknya seperti biasa-biasa saja ini.

Yang perlu dimiliki orang biasa-biasa adalah bijaksana dalam membelanjakan uang, memelihara hidup yang sehat, bergaul dengan banyak orang, melakukan hobimu dan terutama menjaga anak-anak dan keluargamu agar mereka bisa makan, sekolah dan hidup yang layak, meskipun bukan hidup yang mewah. Percayalah kau akan merasa senang dan bahagia dengan segala yang melekat padamu. Memang uang adalah alat pembayaran sah, yang bisa memberikan apa saja yang kau inginkan, namun tidak bisa membeli kebahagiaan. Belilah barang atau jasa sesuai dengan kemampuanmu, jangan melebihinya agar hatimu tetap tenang.

Dimana kau taruh hatimu, disitulah hidupmu akan dapat kaumiliki. Hati melekat tak jauh dari sekepal tangan dengan jantungmu dan biarkan diisi dengan hal-hal baik, abadi dan menyenangkan untuk orang lain. Pada waktu kau kehilangan hal diluar dirimu, rasa sakit itu tak akan membuatmu jatuh terhempas, tetapi kau tetap berdiri di tempat dan merelakan segala sesuatu yang tidak abadi itu pergi. Sebenarnya manusia hanya saling memandang dan menilai manusia lain dengan pola berpikir yang dibawanya. Ungkapan bila ingin bahagia harus kaya atau terkenal hanya slogan kosong. Janganlah kau taruh dirimu pada penilaian orang, yakinlah dengan nilai-nilai yang kau miliki. Keyakinan akan diri itulah yang membuat kita menjadi pribadi yang utuh dan matang yang mampu memaknai setiap perjalanan hidup. Soal makan hanya masalah rasa, makan dimana hanya bicara kemasan, namun esensi makan tetap saja mengisi perut dan mengunyah dengan organ pencernaan juga.

Akhirnya saya menyadari dan mengerti setelah perjalanan waktu hidup yang cukup panjang ini, bahwa saya bisa melihat berbagai jenis dan golongan orang dengan berbagai sifat dasar manusia. Mau jadi apapun kaulah yang menentukan hidupmu. Meskipun kau hanya hidup pas-pasan dan biasa-biasa saja, namun bila kau tetap dapat menikmati dan memaknai hidup itulah esensi kebahagiaan. Itulah yang terpenting dari semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun